KOMPAS.com - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat malnutrisi yang berlangsung lama. Pada dasarnya stunting bisa dicegah dengan rutin melakukan skrining tumbuh kembang sejak bayi baru lahir.
Upaya menurunkan angka stunting masih menjadi prioritas dalam program pemerintahan Prabowo Gibran. Target prevalensi tengkes pada 2025 direvisi menjadi 18 persen dari sebelumnya 14 persen.
Dijelaskan oleh dokter spesialis anak Novitra Dwinanda, stunting bukanlah kondisi yang terjadi dalam satu malam, melainkan bertahap. Dengan demikian, jika orangtua rutin memeriksakan anaknya ke posyandu atau dokter, stunting bisa dicegah.
"Stunting diawali dengan weight faltering atau kenaikan berat badan anak tidak cukup. Jadi, saat ke posyandu tanyakan apakah berat badan anak kita cukup atau tidak, bukan sekadar naik," papar dr.Novi dalam acara peluncuran aksi "3 Langkah Maju" yang diadakan oleh Sari Husada di Jakarta (23/1/2025).
Deteksi dini stunting bisa dilakukan dengan cara menimbang berat badan bayi, mengukur tinggi badan, dan juga lingkar kepala.
Walau skrining tumbuh kembang bayi bisa dilakukan di posyandu, sayangnya masih banyak ibu yang tidak melakukannya secara rutin tiap bulan.
Baca juga: Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Bisa Nikmati Makan Bergizi Gratis di Posyandu
"Tidak semua ibu-ibu menimbang bayinya secara rutin. Angkanya di Indonesia hanya sekitar 78 persen, dengan jumlah paling rendah di Indonesia Timur yang sekitar 25 persen karena terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan," ujar dokter anak konsultan nutrisi dan metabolik dari RSAB Harapan Kita Jakarta ini.
Dengan rutin melakukan pemantauan tumbuh kembang, orangtua bisa mengetahui jika ada hambatan pertumbuhan dan dapat langsung melakukan tatalaksana sehingga tidak terlanjut mengalami gizi kurang, bahkan stunting.
Generasi maju bebas stunting
Anak yang mengalami hambatan pertumbuhan atau status gizinya kurang dapat langsung dirujuk ke rumah sakit untuk berkonsultasi ke dokter anak. Dengan begitu pertumbuhannya bisa dikejar.
Sayangnya masih banyak orangtua di Indonesia sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosa stunting dan cenderung menyangkal diagnosis dan menolak untuk dirujuk agar mendapat penanganan komprehensif.
Mendukung pencegahan stunting, Danone Specialized Nutrition meluncurkan kampanye aksi "3 Langkah Maju" sebagai bagian dari Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS).
Baca juga: Proses Stunting Terjadi Bertahap, Kenali Tanda Awalnya
Healthcare Nutrition Marketing & Strategy Director, Danone SN Indonesia, Angelia Susanto menjelaskan, 3 Langkah Maju dilakukan untuk memperluas jangkauan skrining status gizi anak dengan target 1 juta anak di tahun 2025 yang akan digelar di seluruh wilayah di Indonesia.
“Melalui inisiatif ini, kami ingin mengajak para Bunda di Indonesia untuk deteksi sejak dini risiko stunting pada si kecil melalui aksi 3 Langkah MAJU dengan Mengukur tinggi dan berat secara teratur, Ajak konsultasi ke dokter dan Upayakan beri nutrisi teruji klinis," katanya.
Deteksi dini pertumbuhan anak dilakukan di mobil keliling yang akan beredar di puluhan titik di seluruh Indonesia. Selain itu masyarakat juga dapat berkonsultasi langsung dengan dokter di aplikasi Alodokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.