Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Panduan untuk Pria Cegah Sindrom Metabolik

Kompas.com - 16/02/2012, 16:49 WIB

KOMPAS.com - Bagi kalangan pria, adanya penumpukan lemak di sekitar daerah perut  merupakan salah satu sinyal ancaman sindrom metabolik —  suatu kondisi yang menandakan risiko yang lebih besar mengalami  diabetes dan sakit jantung.

Sindrom metabolik menimpa sedikitnya sepertiga kaum pria dan seperempat perempuan di atas usia 50 tahun. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa seseorang berisiko dua kali lipat didiagnosis sakit jantung dan lima kali lebih besar risikonya mengidap diabetes.

Diagnosa sindrom metabolik dapat ditegakkan ketika seseorang memiliki setidaknya tiga dari lima faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, HDL (kolesterol baik) rendah, trigliserida darah tinggi, gula darah tinggi dan sejumlah besar lemak perut. Penyebabnya adalah pola makan yang buruk, jarang berolahraga, kelebihan berat badan dan genetik.

Modifikasi gaya hidup merupakan pilar utama dalam penatalaksanaan sindrom metabolik melalui peningkatan kebiasaan olahraga, menghentikan kebiasaan buruk seperti kebiasaan merokok atau  mengkonsumsi alkohol, perubahan pola dan kebiasaan konsumsi makanan.

Berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mengalami sindroma metabolik, khususnya pada  kaum Adam :

- Segera berobat saat mengalami disfungsi ereksi

Pada beberapa kasus, pria dengan sindrom metabolik terkadang mengalami apa yang disebut impotensi atau disfungsi ereksi dan rendahnya tingkat testosteron dalam tubuh.

"Kondisi ini mendahului sindrom metabolik dan dapat menjadi sebuah tanda peringatan dini," kata Dr Ridwan Shabsigh, direktur divisi urologi di Maimonides Medical Center, Brooklyn, New York.

- Periksa prostat

Sebuah studi tahun 2007 yang diterbitkan dalam jurnal Cancer menemukan bahwa pria kulit hitam dengan kanker prostat lebih mungkin untuk memiliki satu atau dua faktor risiko sindrom metabolik. Sedangkan pria kulit hitam memiliki risiko kanker prostat lebih tinggi dari kelompok etnis lain. Peneliti percaya bahwa ada hubungan antara kanker prostat dan sindrom metabolik untuk semua orang.

- Tetap bersikap optimis

Sebuah studi 2008 menemukan bahwa pria yang tidak memiliki harapan ketika ditanya tentang masa depannya (meskipun tidak didiagnosis depresi) dua kali lebih mungkin untuk menderita sindrom metabolik. Peneliti mensinyalir, perasaan putus asa mungkin turut meningkatkan kadar kortisol (hormon stres) dan meningkatkan peradangan dalam tubuh, yang keduanya memiliki hubungan terhadap faktor-faktor risiko pengembangan sindrom metabolik.

"Individu dengan perasaan putus asa mungkin akan memperoleh pertolongan dengan cara terapi. Dengan membuat pikiran mereka positif, akan membantu mereka membuat pilihan gaya hidup yang sehat," kata ketua peneliti, Dr Maarit Valtonen.

- Olahraga dan diet sehat seimbang

Dalam sebuah riset pada 2006, peneliti menempatkan sekelompok pria dengan kelebihan berat badan dan obesitas untuk menjalani program olahraga setiap hari dan diet tinggi serat, diet rendah lemak. Setelah tiga minggu, peserta mengalami penurunan sedikit berat badan, yang diikuti penurunan faktor risiko kardiovaskular dan diabetes. Bahkan sembilan dari 15 pria yang telah didiagnosis dengan sindrom metabolik tidak lagi memilikinya.

Peneliti berpendapat, melakukan perubahan gaya hidup sehat dapat memiliki dampak besar pada kemungkinan pria terhindar dari masalah sindrom metabolik seperti, diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com