Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2012, 08:11 WIB

Oleh Kornelis Kewa Ama

Murah senyum, itulah salah satu terapi eksternal yang ditampilkan dokter Valentina Anita Andriani. Dia termasuk dokter baru di Puskesmas Rawat Inap Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Meski begitu, nama dokter Valentina, begitu warga setempat memanggilnya, relatif dikenal masyarakat.

Pelayanan yang ramah serta kesabaran dan ketekunan mengabdikan ilmunya untuk warga di pulau terpencil itu membuat sosok Valentina mudah dikenal.

Sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT), Valentina sejak awal bertekad untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik yang dapat dia lakukan untuk warga di pulau terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

Dia langsung tertarik untuk mengabdikan diri di Pulau Adonara, mengingat warga di sini masih jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan yang memadai. Dia bertekad akan tinggal bersama warga di Pulau Adonara setidaknya sampai selesai masa kontraknya sebagai dokter PTT, tahun 2013.

”Saya melamar sendiri ke Nusa Tenggara Timur. Soal penempatan ke Pulau Adonara, memang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur. Ini setelah ada penempatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penempatan saya di Pulau Adonara sesuai kebutuhan dokter di pulau ini,” kata Valentina di Waiwerang, Adonara, pertengahan Juli lalu.

Pulau Adonara memiliki tujuh dokter, empat di antaranya adalah dokter PTT, termasuk Valentina. Ketujuh dokter tersebut ditempatkan di tujuh kecamatan yang ada di pulau tersebut. Tak ada rumah sakit pemerintah di sini, kecuali satu rumah sakit swasta milik biarawati Katolik, Carolus Boromeus, di Witihama, sekitar 10 kilometer dari Waiwerang.

Perempuan kelahiran Pamekasan, Jawa Timur, ini menuturkan, penyakit utama yang diderita warga di Kecamatan Adonara Timur umumnya adalah infeksi pernapasan akut (ISPA), paru-paru, diare, dan malaria.

Puskesmas rawat inap di Waiwerang bisa menampung sampai 50 pasien. Akan tetapi, kebanyakan warga yang didiagnosis dokter untuk dirawat inap justru memilih dirawat di RSUD Larantuka. Ini karena fasilitas dan sarana kesehatan di Puskesmas Waiwerang terbatas.

Menurut Valentina, diare umumnya menimpa warga di beberapa desa yang kesulitan air bersih, terutama di Kecamatan Ile Boleng. Kesulitan air bersih yang diikuti sanitasi buruk di wilayah itu sering terjadi pada musim kemarau. Tahun ini, misalnya, tak kurang dari 21 orang sudah dirujuk ke Puskesmas Waiwerang untuk dirawat inap karena diare.

Sulit ditangani

Persoalan di Waiwerang, antara lain, beberapa kejadian luar biasa yang menyerang warga, tetapi sulit ditangani pihak puskesmas setempat. Misalnya, ibu yang melahirkan bayi sungsang diikuti pendarahan hebat selama beberapa hari. Setelah itu barulah bidan merujuk si ibu ke puskesmas. Akibatnya, saat tiba di puskesmas, kondisi si ibu tak bisa lagi ditangani dan harus dirujuk ke RSUD Larantuka.

”Jika sudah begini, terkadang ibu dan bayinya tak bisa lagi diselamatkan sebelum sampai di RSUD (Larantuka) atau hanya salah satu yang bisa diselamatkan, sang ibu atau si bayi,” ujarnya.

Valentina lalu bercerita tentang peristiwa lain, saat seorang warga jatuh dari truk dan mengalami pendarahan hebat. Korban harus dirujuk ke RSUD Larantuka, tetapi meninggal dunia saat masih dalam perjalanan dengan kapal motor. Perjalanan Waiwerang- Larantuka memerlukan waktu empat jam.

”Pulau Adonara membutuhkan rumah sakit pemerintah untuk melayani masyarakat setempat. Pulau ini terdiri dari tujuh kecamatan, jadi sudah layak memiliki rumah sakit. Meski di sini ada puskesmas, kami tak bisa memberikan pelayanan terbaik bagi warga. Adanya rumah sakit dengan sarana dan prasarana kesehatan yang pasti lebih memadai, termasuk tenaga dokter ahli, akan sangat membantu warga di sini,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau