Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2012, 08:11 WIB

Jurus senyum

Dengan keterbatasan sarana puskesmas, Valentina punya jurus menghadapi pasien yang datang berobat. Senyuman disertai tegur sapa yang ramah dari dokter ternyata bisa membuat pasien merasa diterima, dihormati, dan diakui.

Meski gaji dokter PTT sebesar Rp 4,8 juta per bulan, untuk masa kontrak satu tahun, Valentina tak keberatan. Ia tetap bertekad mengabdi di Flores Timur. Baginya, daerah ini punya daya tarik tersendiri. Selain alamnya yang indah, warganya pun ramah dan mereka memerlukan pelayanan kesehatan. Di sini keuntungan finansial tak lagi jadi yang utama.

”Orang Adonara itu sopan dan suka membantu. Saat aliran air ke rumah kami terganggu, misalnya, secara spontan mereka menyediakan kebutuhan air. Kami tak harus minta bantuan,” ceritanya.

Terkadang warga berobat sambil membawa ayam, telur, pisang, singkong, atau sayur sebagai ganti ”ongkos” dokter. Namun, Valentina tak tega menerimanya cuma-cuma karena mereka umumnya miskin. Ia mengganti barang bawaan pasien dengan uang untuk ongkos transportasi mereka.

”Setelah setahun mengabdi, saya mau mengajukan permohonan untuk studi lanjut spesialis dan kembali mengabdi di sini. Kalau bukan di Adonara, di daerah lain di Flores Timur pun saya mau,” katanya.

Senyum dan resep obat dari Valentina pun dirasakan warga ampuh mengatasi penyakit mereka. Buktinya, beberapa pasien dari kecamatan lain memilih berobat di Puskemas Waiwerang karena ingin ditangani Valentina.

Hubungan emosional antara dokter Valentina dan pasien diyakini menjadi salah satu faktor yang mempercepat kesembuhan pasien. Sambil memeriksa, ia suka mengajak bicara pasiennya tentang berbagai hal, mulai dari rasa sakit sampai latar belakang keluarga dan kondisi ekonomi rumah tangga mereka.

”Tak semua orang ke puskesmas karena punya penyakit. Ada di antara mereka yang terganggu kesehatannya karena beban pikiran terkait ekonomi rumah tangga, anak-anak, masalah dengan pasangan, atau masalah lain dalam kehidupan sosialnya. Di sini pasien membutuhkan senyum dan perlakuan manusiawi,” katanya.

Kini, ribuan pasien telah ditanganinya. Dia mengaku, saat masih menjadi mahasiswa tak pernah mendengar nama Adonara. ”Saya hanya tahu Flores dan Larantuka. Saya tahu tentang Adonara baru setiba di Larantuka,” kata Valentina yang ingin mengambil spesialis kandungan.

NTT menjadi tujuan Valentina sebab daerah ini bisa dikatakan rawan bencana kemanusiaan. ”Kasus gizi buruk, diare, serta kematian ibu dan anak masih banyak terjadi. Ini menjadi tantangan bagi dokter PTT,” ujarnya.

  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau