Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2013, 10:34 WIB

KOMPAS.com - Bagi orang biasa saja kebiasaan merokok tidak disarankan, apalagi untuk ibu hamil. Kendati demikian, cukup banyak calon ibu yang tidak bisa meninggalkan kebiasaannya merokok saat sedang mengandung. Untuk para perokok berat seperti itu, disarankan untuk mengonsumsi lebih banyak vitamin C selama kehamilan.

Salah satu dampak buruk merokok pada ibu hamil adalah dapat membahayakan kesehatan paru-paru bayi sehingga memicu penyakit seperti asma dan sesak napas. Namun sebuah penelitian menunjukkan, vitamin C selama kehamilan akan membantu melindungi paru-paru bayi.

Sebuah penelitian menganalisa 159 orang wanita dengan usia kehamilan kurang dari 22 minggu dan tidak bisa berhenti merokok. Secara acak, mereka ada yang diminta untuk mengonsumsi 500 mg kapsul vitamin C dan sebagian lagi mengonsumsi plasebo setiap hari. Plasebo adalah kapsul yang tidak memiliki zat aktif, dalam hal ini tak mengandung vitamin C.

Empat puluh jam seusai kelahiran, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengonsumsi vitamin C memiliki fungsi paru-paru dengan kondisi lebih baik daripada oleh ibu yang mengonsumsi plasebo.

Selama setahun, dilaporkan bayi yang mengalami sesak napas hanya 21 persen untuk kelompok vitamin C. Sementara pada kelompok plasebo ditemukan sebanyak 40 persen. Sedangkan bagi ibu yang tidak merokok, sebanyak 27 persen bayi mereka mengalami sesak napas.

Para peneliti juga menemukan 22 persen bayi dari kelompok plasebo membutuhkan pengobatan untuk sesak napasnya, 13 persen pada kelompok vitamin C, dan 10 persen pada kelompok tidak merokok.

"Vitamin C merupakan perlakuan yang sederhana, aman, dan murah yang dapat mengurangi dampak buruk merokok saat hamil terhadap sistem pernapasan bayi," ujar ketua studi Dr. Cynthia McEvoy, profesor pediatrik di Oregon Health & Science University Children's Hospital.

Studi ini masih dibahas dalam pertemuan tahunan  Pediatric Academic Societies di Washington DC, sehingga data dan kesimpulan yang akurat masih harus menunggu publikasi resmi dalam jurnal. Studi ini belum dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com