KOMPAS.com - Penderita diabetes rentan mengalami hiperglikemia.
Apa yang dimaksud dengan hiperglikemia adalah kondisi di mana kadar gula darah sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 300 miligram per desiliter (mg/dL), seperti yang dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Mengutip Cleveland Clinic, penderita diabetes dianggap mengalami hiperglikemia biasanya ketika kadar gula darah telah lebih tinggi dari 180 mg/dL satu hingga dua jam setelah makan.
Hiperglikemia bisa juga dialami oleh orang tanpa diabetes. Ini terjadi ketika kadar gula darah puasa (GDP) lebih tinggi dari 125 mg/dL.
Jika dibiarkan dan berlangsung lama, hiperglikemia akan menyebabkan komplikasi serius yang merusak berbagai bagian tubuh.
Baca terus artikel ini yang akan mengulas lebih lanjut tentang gejala hiperglikemia dan komplikasinya.
Baca juga: Apa Tanda Hiperglikemia pada Orang Tanpa Diabetes? Ini Ulasannya...
Gejala hiperglikemia pada tahap awal meliputi berikut:
Jika semakin parah, gejala hiperglikemia bisa meliputi:
Namun, kebanyakan penderita diabetes terlambat merasakan gejala hiperglikemia.
Kadar gula darah penderita diabetes bisa bervariasi ketika mulai merasakan gejala hiperglikemia.
Namun, kebanyakan dari mereka merasakannya ketika kadar gula darah sudah mencapai 250 mg/dL atau lebih tinggi.
Orang yang belum didiagnosis menderita diabetes biasanya merasakan gejala ini pada kadar gula darah yang lebih rendah dari 250 mg/dL.
Karena gejala hiperglikemia tidak mesti bisa dirasakan seketika, Kemenkes RI menyarankan masyarakat untuk rutin melakukan cek kadar gula darah ke fasilitas kesehatan terdekat.
Hal ini dilakukan agar proses penanganan hiperglikemia dapat dilakukan sedini mungkin, sebelum menimbulkan efek yang lebih serius.
Baca juga: Orang Tanpa Diabetes Alami Hiperglikemia, Apa Penyebabnya?
Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronis) selama bertahun-tahun dapat merusak pembuluh darah dan jaringan dalam tubuh Anda.