Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter: Anak dengan Sindrom Nefrotik Kurangi Garam

Kompas.com - 07/11/2024, 07:40 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com-Sindrom nefrotik adalah kondisi yang antara lain ditandai dengan tingginya kadar protein pada urine akibat kerusakan glomerulus, bagian ginjal yang bertugas menyaring darah.

Konsultan nefrologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Prof. Dr. dr. Sudung O. Pardede Sp.A(K) menyampaikan, anak yang mengalami sindrom nefrotik dianjurkan untuk membatasi konsumsi garam.

"Karena pasien sindrom nefrotik itu ada bengkak. Nah konsumsi garam ini salah satu penyebab nanti bengkaknya makin bertambah. Sehingga untuk mengatasi bengkaknya, selain memberikan obat juga membatasi konsumsi garam," kata Prof. Sudung, Rabu (6/11/2024), seperti ditulis Antara.

Baca juga: Kenali Sindrom Nefrotik yang Bisa Jadi Penyebab Gagal Ginjal

Pada anak dengan sindrom nefrotik, pembengkakan bisa terjadi di area kelopak mata, perut, kemaluan, punggung kaki, dan perut.

Selain memastikan anak dengan sindrom nefrotik rutin mengonsumsi obat yang dapat merangsang pipis lebih banyak untuk mengurangi cairan penyebab bengkak, Sudung mengatakan, orangtua perlu membatasi konsumsi garam anak untuk mengatasi pembengkakan.

Apabila konsumsi garam tidak dibatasi, maka cairan yang seharusnya dikeluarkan akan tertahan sehingga pembengkakan tidak kunjung sembuh.

"Oleh karena itu, garam sementara dikurangi dulu, dibatasi dulu, supaya nanti jangan terjadi penambahan garam dalam tubuh si anak," katanya.

Sudung menyampaikan, anak dengan sindrom nefrotik biasanya dengan sendirinya meminimalkan gerakan karena ketidaknyamanan yang dirasakan.

Kendati demikian, orang tua tetap perlu memastikan anak mengurangi kegiatan untuk mengatasi pembengkakan dan mempercepat penyembuhan.

Sudung juga mengemukakan perlunya orangtua memperhatikan kondisi urine anak dengan sindrom nefrotik yang telah selesai menjalani pengobatan.

"Meskipun sudah sembuh, tetap perlu dievaluasi untuk melihat kemungkinan kambuh.Tahunya kambuh, ya diobati, (disertai) dengan pemeriksaan kemihnya," ia menambahkan.

Baca juga: Sindrom Nefrotik

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, sindrom nefrotik adalah gangguan pada ginjal yang terjadi akibat kerusakan glomerulus, yang membuat protein bocor dan masuk ke cairan urine.

Kebocoran protein akan menyebabkan kadar protein dalam darah (albumin) menjadi rendah. Akibatnya cairan akan keluar dari pembuluh darah ke jaringan di sekitarnya dan menimbulkan pembengkakan.

Gangguan ginjal ini antara lain ditandai dengan proteinuria atau adanya protein dalam urine; urine yang berbusa karena adanya protein; serta edema atau pembengkakan di sekitar mata, kemaluan, perut, kaki, dan tangan.

Gejala lainnya meliputi diare, mual, letih, lesu, kehilangan nafsu makan, dan bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.

Selain membatasi konsumsi makanan tinggi natrium untuk membantu menjaga tekanan darah dan mencegah edema, pasien dengan sindrom nefrotik juga dianjurkan menjalani diet rendah lemak, khususnya lemak jenuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau