Rumah sakit hasil kerja sama Lippo Group dan kelompok usaha lokal First Myanmar Investment Co.Ltd (FMI) itu berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektar, memiliki 174 tempat tidur dan dilengkapi dengan berbagai peralatan medis modern serta fasilitas kesehatan lainnya.
“Kelompok usaha kami sudah beroperasi secara regional dalam berbagai bidang namun belum di bidang pendidikan dan kesehatan. Sehingga ini (Pun Hlaing Siloam Hospital) bisa menjadi awal dari pembangunan industri kesehatan di Myanmar,” ujar CEO Lippo Group James Riyadi dalam sambutannya dalam seremoni peresmian rumah sakit tersebut akhir pekan lalu.
James menambahkan, meski rumah sakit ini merupakan salah satu sayap bisnis kelompok usahanya, namun dia menegaskan Pun Hlaing Siloam Hospital dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik di Myanmar.
“Bisnis kesehatan bukan melulu tentang pendapatan dan keuntungan. Namun ini tentang memanusiakan manusia, khususnya para pasien yang datang ke rumah sakit ini,” tambah James.
Salah satu upaya memanusiakan pasien yang dimaksud adalah Pun Hlain Siloam Hospital berupaya memberikan pengobatan terbaik untuk semua pasien baik yang datang dari kalangan berada maupun warga yang kurang mampu. Caranya, lanjut James, dengan memberikan pelayanan dengan harga terjangkau untuk warga tak mampu namun dengan kualitas yang terbaik.
Penjelasan James Riyadi ini diamini CEO FMI Serge Pun. Pria berambut putih ini menjamin siapapun yang datang ke rumah sakit ini akan mendapatkan pelayanan medis terbaik.
“Kami punya bangsal perawatan Silver Ward yang biaya per tempat tidur adalah 10 dolar AS (sekitar Rp 130.000) semalam. Namun, saya jamin pasien di bangsal ini akan mendapatkan pelayanan dan obat-obatan yang sama dengan pasien yang membayar 200 dolar AS (sekitar Rp 2,6 juta) semalam,” ujar Serge.
“Saya jamin harga murah itu tak hanya berlaku saat ini (saat peresmian) lalu besok berganti. Harga itu akan tetap ada dan berlaku,” lanjut Serge yang disambut tepuk tangan tetamu.
Pelayanan tanpa perbedaan ini, tambah Serge, membuat dirinya yakin akan membuat Pun Hlain Siloam Hospital berbeda dengan rumah-rumah sakit yang sudah terlebih dahulu berdiri di Myanmar.
“Kami yakin dalam perjalanan nantinya akan muncul berbagai kekurangan. Kami tahu, kami belum sempurna. Namun setidaknya kami sudah mulai melangkah ke arah yang benar,” timpal James Riyadi.
Saat ini Pun Hlaing Siloam Hospital Yangon memiliki 84 orang dokter, 24 orang di antaranya adalah para dokter spesialis yang bekerja full time, 82 orang perawat dan 92 staf medis lainnya. Selain itu masih ada 152 orang staf non-medis yang ikut menunjang pelayanan rumah sakit tersebut.