Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Tak Higienis Sebabkan Ratusan Orang Meninggal

Kompas.com - 13/12/2015, 15:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber WHO

KOMPAS.com - Secara global, diare bertanggungjawab atas lebih dari 50 persen gangguan kesehatan yang disebabkan oleh makanan. Akibat dari makanan yang terkontaminasi bibit penyakit, 420 ribu orang meninggal setiap tahunnya dan sepertiga dari jumlah tersebut adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Demikian bunyi rilis yang dikeluarkan oleh  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 3  Desember lalu.

"Sampai saat ini, kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit akibat makanan yang tidak sehat dan terkontaminasi, masih belum jelas, "kata Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan dalam rilisnya.

WHO memperkirakan, keracunan akibat makanan yang selama ini terjadi adalah akibat dari makanan yang terkontaminasi 31 jenis bakteri, virus, parasit, racun dan bahan kimia.

Setiap tahun, ada sekitar 600 juta orang yang terkena gangguan kesehatan akibat keracunan makanan atau hampir satu dari 10 orang di seluruh dunia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Dari jumlah tersebut, 420.000 orang meninggal, termasuk 125.000 anak-anak di bawah usia lima tahun.

WHO menambahkan, setiap tahun diare telah menyebabkan 550 juta orang jatuh sakit dan 230.000 di antaranya meninggal dunia.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia tersebut, Afrika dan Asia Tenggara memiliki insiden dan angka kematian tertinggi, termasuk di kalangan anak-anak di bawah usia lima tahun.

"Berdasarkan apa yang kami tahu, sangat jelas bahwa beban global yang ditimbulkan oleh penyakit akibat makanan yang tidak layak,  cukup besar. Hal ini memengaruhi sangat banyak orang di seluruh dunia - terutama anak di bawah usia lima tahun dan orang-orang di daerah berpenghasilan rendah," kata Dr Kazuaki Miyagishima, Direktur Departemen Keamanan Pangan dan Zoonosis WHO.

Anak-anak berada pada risiko khusus penyakit diare yang disebabkan oleh makanan yang tidak higienis,  ada 220 juta anak  jatuh sakit dan 96.000 di antaranya meninggal setiap tahun, kata WHO. 

WHO menambahkan, bahwa diare sering disebabkan oleh makanan seperti daging, telur, sayur dan buah segar serta produk susu yang terkontaminasi oleh norovirus, Campylobacter, Salmonella non-tipoid dan E. coli.

Penyakit lain yang dapat disebabkan oleh makanan adalah demam tifoid, hepatitis A, Taenia solium, dan aflatoxin, yang diproduksi oleh jamur di dalam gandum yang tidak disimpan dengan cara yang benar.

Risiko penyakit akibat makanan yang paling parah terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah,  terkait dengan penggunaan air yang tidak bersih saat mengolah makanan, tingkat kebersihan yang buruk, kondisi yang tidak memadai dalam produksi dan penyimpanan makanan dan bahan makanan.

Selain itu juga tingkat melek huruf  dan pendidikan yang rendah, serta  undang-undang keamanan pangan yang tidak ketat atau kurang memadai dan implementasi yang buruk dari undang-undang tersebut.

Berdasarkan laporan ini, WHO  menggarisbawahi ancaman global yang ditimbulkan oleh penyakit akibat makanan yang terkontaminasi  dan mendorong seluruh negara di dunia, perusahaan yang bergerak di bidang makanan, serta individu untuk lebih memerhatikan keamanan dan kebersihan makanan demi mencegah penyakit-penyakit yang mematikan tersebut.

WHO bekerjasama dengan pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk membantu membuat dan menerapkan strategi dan kebijakan keamanan pangan,  yang pada gilirannya akan berdampak positif pada keamanan pangan di pasar global, kata lembaga itu.

"Keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama," kata WHO.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com