Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2022, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Malnutrisi pada anak adalah kondisi serius yang terjadi ketika makanan yang dikonsumsi anak tidak mengandung jumlah nutrisi yang tepat.

Mengutip WHO, malnutrisi pada anak mengacu pada kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/atau nutrisi.

Istilah malnutrisi pada anak mengacu pada 3 kelompok besar kondisi:

  • Kurang gizi, yang meliputi wasting (berat badan rendah menurut tinggi badan), stunting (tinggi badan rendah menurut umur), dan kekurangan berat badan (berat badan rendah menurut umur).
  • Malnutrisi terkait mikronutrien, yang meliputi defisiensi mikronutrien (kekurangan vitamin dan mineral penting) atau kelebihan mikronutrien.
  • Kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit tidak menular terkait pola makan (seperti penyakit Crohn).

Baca juga: Penanganan Anak Autisme dengan Structured Teaching

Gejala

Menurut Kementerian Kesehatan, status gizi anak diukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan.

Pengukuran tersebut bisa dilakukan di layanan Posyandu di tiap wilayah untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda gizi buruk pada anak.

Mengutip Primaya Hospital, gejala malnutrisi pada anak meliputi:

  • Sering merasa cepat lelah
  • Mudah marah
  • Sering sakit karena daya tahan tubuh rendah
  • Kulit kering dan bersisik
  • Pertumbuhan terhambat
  • Perut buncit
  • Ketika sakit atau luka susah sembuh
  • Massa otot berkurang
  • Pertumbuhan intelektual dan perilaku pelan
  • Gangguan pencernaan.

Baca juga: Batuk dan Pilek pada Anak Gejala Covid-19 atau Bukan? Ini Kata Dokter

Penyebab

Mengutip Primaya Hospital, faktor penyebab yang berkontribusi terhadap malnutrisi pada anak meliputi:

  • Kurang makan: kurangnya asupan makanan bisa memicu kekurangan nutrien yang penting hingga berujung pada gizi buruk.
  • Makan tidak teratur: makan secara tidak teratur bisa memicu masalah pencernaan dan malnutrisi.
  • Gangguan pencernaan: beberapa anak mungkin mengalami gangguan pencernaan, seperti penyakit Crohn, yang membatasi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrien meski mengonsumsi makanan sehat.
  • Kurang ASI: air susu ibu bagi anak yang baru lahir sangat penting karena mengandung nutrisi penting. Kurangnya ASI berisiko menyebabkan bayi gizi buruk.
  • Kurang aktivitas: pencernaan tidak akan berjalan lancar jika anak kurang beraktivitas hingga memicu malnutrisi.
  • Fasilitas layanan dasar buruk: sejumlah layanan dasar, misalnya sanitasi, yang buruk juga bisa memicu masalah gizi.

Baca juga: Kenapa Anak Sering Batuk dan Pilek? Begini Penjelasan Dokter

Pengobatan

Mengutip NHS, pengobatan untuk malnutrisi tergantung pada penyebab yang mendasari dan seberapa kurang gizi anak tersebut.

Perawatan malnutrisi pada anak meliputi:

  • Perubahan pola makan, seperti makan makanan bernutrisi tinggi, seimbang, dan sesuai anjuran dokter.
  • Pengobatan untuk setiap kondisi medis yang menyebabkan malnutrisi.
  • Pemberian suplemen vitamin dan mineral.
  • Pemberian suplemen nutrisi berenergi dan protein tinggi, jika perawatan normal tidak cukup.

Anak-anak dengan malnutrisi perlu diberi makan dan direhidrasi dengan sangat hati-hati.

Mengutip Primaya Hospital, minum air sekurangnya 1,5 liter per hari.

Mereka tidak bisa langsung diberikan makanan normal. Mereka biasanya membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit.

Setelah anak dengan malnutrisi cukup sehat, mereka secara bertahap dapat mulai makan makanan normal dan melanjutkan perawatan di rumah.

Sangat penting bahwa pengobatan dipantau secara teratur untuk memastikan itu bekerja.

Pengukuran berat badan dan tinggi badan akan dilakukan, dan seorang anak akan dirujuk ke layanan spesialis jika tidak ada perbaikan.

Baca juga: Kenali Apa itu Retinoblastoma, Kanker Mata yang Kerap Menyerang Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com