KOMPAS.com - Di tengah gelombang ketiga Covid-19, penularan virus corona varian Omicron cenderung tinggi.
Tak pelak, banyak orangtua khawatir anaknya tertular Covid-19 ketika mengalami gejala batuk dan pilek.
Kekhawatiran para orangtua ini beralasan. Pasalnya, gejala Omicron yang sering dilaporkan adalah pilek atau hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri otot.
Berikut penjelasan dokter terkait apa perbedaan batuk dan pilek gejala Covid-19 atau bukan sampai kapan anak perlu tes Covid-19 saat ada indikasi terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.
Baca juga: Kenapa Anak Sering Batuk dan Pilek? Begini Penjelasan Dokter
Dokter spesialis kesehatan anak Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K) menjelaskan, di masa pandemi Covid-19, batuk dan pilek terkait salesma, flu, atau Covid-19 sulit dibedakan.
Pasalnya, batuk dan pilek sebenarnya adalah gejala peradangan terkait segala jenis infeksi yang menyerang saluran pernapasan.
Penyebab infeksi ini bisa berasal dari serangan virus, bakteri, jamur, termasuk virus corona biang Covid-19.
“Cara membedakan batuk dan pilek (flu) biasa atau Covid-19 dengan swab PCR,” jelas Nastiti, ketika berbincang di sesi Tanya IDAI yang disiarkan Instagram Live Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (17/2/2022).
Baca juga: Penularan Covid-19 Tinggi, Kenali Ciri-ciri Gejala Omicron pada Anak
Menurut anggota Unit Kerja Koordinasi Respirologi (UKK) IDAI dan Satgas Covid-19 ini, apabila anak mengalami batuk dan pilek atau bergejala, serta risiko penularan corona tinggi, Nastiti menyarankan agar anak segera menjalani tes Covid-19.
“Kalau ada yang positif di rumah, anak batuk dan pilek di rumah perlu dites Covid-19. Dengan kondisi sekarang, jika ada gejala dan kontak erat, kemungkinan itu Covid-19,” kata dia.
Lantas, apakah anak yang merasakan batuk dan pilek atau gejala Covid-19 lain tapi tidak kontak erat dengan penderita Covid-19 tetap perlu tes Covid-19?
Nastiti menjawab tetap perlu. Terutama jika anak berinteraksi dengan kelompok berisiko tinggi ketika terinfeksi virus corona.
“Ada yang menyebut Omicron gejalanya lebih ringan daripada Delta. Tapi, tetap ada kelompok risiko tinggi yang kalau terkena Covid-19 bisa parah. Seperti lansia, komorbid, kelompok anak-anak, atau yang belum divaksinasi,” jelas dia.
Nastiti mengingatkan, meskipun anak-anak ketika terkena Covid-19 kebanyakan bergejala ringan atau tanpa gejala, virus corona yang ditularkan kepada kelompok berisiko tinggi bisa menyebabkan gejala parah sampai kematian.
Baca juga: Gejala Omicron Utamanya Batuk dan Pilek, Apa Bedanya dengan Flu?
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengingatkan celah kontak erat penularan Covid-19 pada anak terkadang tidak selalu dari orang yang tinggal serumah.
“Di rumah bisa saja tidak ada kontak erat, tapi bisa juga saat anak sekolah atau main ke tempat tetangga. Jadi tetap ada risiko anak terkena Covid-19,” beber dia.
Selain itu, celah penularan Covid-19 lainnya juga dapat berasal dari orang atau pekerja di rumah yang beraktivitas di luar rumah.
“Kalau anak batuk dan pilek, sebaiknya diperiksakan. Kalau tidak mau dites Covid-19, ada baiknya dipisahkan atau diisolasi. Apalagi kalau di rumah ada yang berisiko tinggi,” kata Nastiti.
Baca juga: Kenali Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron dan Delta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.