Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/02/2022, 20:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Batuk dan pilek adalah salah satu masalah kesehatan yang kerap dialami anak-anak.

Dokter spesialis kesehatan anak Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K) menjelaskan, batuk dan pilek sebenarnya adalah gejala ada rangsangan di saluran pernapasan.

“Bisa karena infeksi virus, bakteri, atau rangsangan lain,” jelas Nastiti, ketika berbincang di sesi Tanya IDAI yang disiarkan Instagram Live Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (17/2/2022).

Baca juga: Kenali Apa itu Retinoblastoma, Kanker Mata yang Kerap Menyerang Anak

Menurut anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI dan Satgas Covid-19 ini, anak usia di bawah lima tahun masih tergolong normal apabila sering batuk dan pilek sebanyak empat sampai delapan kali setahun

Namun, orangtua perlu waspada apabila anak sering batuk dan pilek lebih dari delapan kali dalam setahun.

“Kalau anak di bawah lima batuk dan pilek setiap bulan, atau setiap minggu, orangtua perlu waspada,” jelas Nastiti.

Baca juga: Hari Kanker Anak Sedunia, Kenali 7 Gejala Awal Kanker Anak

Penyebab anak sering batuk dan pilek

Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K) menjelaskan, ada beberapa penyebab anak sering batuk dan pilek atau terkena infeksi saluran pernapasan akut, antara lain:

  • Daya tahan tubuh melemah
  • Memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal, kanker, dll.
  • Kekurangan gizi atau punya masalah gizi
  • Sering terpapar polusi, seperti asap rokok di rumah

Nastiti menyebutkan, faktor risiko anak jadi lebih sering terkena batuk dan pilek atau infeksi saluran pernapasan akut yang kerap tidak disadari adalah kondisi third-hand smoke.

Third-hand smoke adalah sisa nikotin dan bahan kimia yang tertinggal di permukaan benda di dalam ruangan yang terpapar asap rokok.

Setiap orang termasuk anak-anak bisa ikut terpapar bahan kimia ini dengan menyentuh atau menghirup gas yang keluar dari permukaan benda-benda yang terkontaminasi asap rokok.

“Menurut penelitian, anak yang tinggal dengan perokok berisiko empat kali lebih tinggi dirawat di rumah sakit karena ISPA. Ini juga bisa dari third-hand smoke. Misalkan dari asap rokok yang menempel di sofa atau dinding,” kata Nastiti.

Baca juga: Penularan Covid-19 Tinggi, Kenali Ciri-ciri Gejala Omicron pada Anak

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com