Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Sosok Ayah dalam Pendampingan Remaja Autis

Kompas.com - 30/06/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh : Astri Anggraini HW S. Psi dan Dr. Fransisca Iriani R. Dewi M. Si*

Syah (15 tahun) nampak asik dengan gadgetnya di sofa ruang tengah. Tak pernah sekalipun gadget lepas dari tangannya.

Memisahkan gadget dari tangannya dapat menjadikannya ngamuk. Mbak Eka, pengasuhnya, dengan sabar menemani.

Suatu ketika dalam acara keluarga, salah satu anggota keluarga besarnya memberikan makanan mengandung tepung terigu kepada Syah.

“Kasihan, dia ingin makanan itu,” ujar Mbak Eka menirukan.

Apa yang terjadi setelah itu, efeknya bertahan lama, ayah serta pengasuhnya kewalahan.

Syah menjadi tantrum setelah acara keluarga itu. Diet ketat wajib dilakukan diawasi orangtua untuk anak-anak terdeteksi Autism Spectrum Disorder (ASD) dengan tipe agresif dan beremosi tinggi.

Remaja dengan autisme memiliki masalah dalam berkomunikasi sehingga pergaulannya menjadi terhambat karena adanya keterbatasan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan.

Selain itu bahasa yang digunakan cenderung bahasa formal seperti textbook. Mereka juga tidak terampil dalam menjalin pertemanan dan tidak memiliki instink sosial sehingga memiliki jumlah teman yang sedikit.

Remaja dengan autisme terobsesi pada satu obyek atau minat yang terbatas. Selain itu, mereka juga mengalami perubahan hormonal yang intens dan cepat yang menimbulkan perilaku mengamuk dan agresif.

Dunia luar tampak tidak nyaman bagi mereka sehingga menunjukkan perilaku menarik diri.

Banyak dari mereka yang menyadari bahwa dirinya berbeda dengan remaja normal sehingga menimbulkan perasaan rendah diri dan cemas.

Melihat adanya kondisi yang telah disebutkan di atas, makin jelas bahwa keterlibatan ayah, selain ibu, sangat diperlukan bagi remaja dengan autisme.

Keterlibatan ayah dalam mendampingi anak dengan autisme adalah motivasi, keterampilan dan kepercayaan diri, dukungan sosial dan stres, faktor institusional, kesejahteraan psikologis, kepribadian dan sikap (Lamb. 2010).

Keterlibatan ayah yang positif meningkatkan perkembangan intelektual dan mengurangi frekuensi masalah perilaku pada anak laki-laki dan masalah psikologis pada anak perempuan (Sarkadi et all, 2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com