Analisis data dari UK National Child Development mengungkapkan bahwa keterlibatan awal dari ayah memprediksi pencapaian pendidikan pada usia 20 tahun.
Pria membuat kontribusi unik, yang secara positif dapat memengaruhi perkembangan komunikasi dan sosioemosional anak-anak, misalnya dengan terlibat permainan yang lebih lincah daripada ibu (Fletcher, 2013).
Pola pengasuhan ayah adalah partisipasi positif dalam kegiatan berupa interaksi langsung dengan anaknya, memberikan kehangatan, melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap aktivitas anak serta bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan keinginan anak.
Penelitian terdulu menunjukkan bahwa ibu masih menjadi fokus utama dalam mendidik anak dengan disabilitas (Huang, Chen, & Tsai, 2015).
Sedangkan menurut West (2018), ayah sering tidak terlihat, dipandang hanya sebagai bagian dari istri, bukan sebagai orangtua sendiri.
Gaya pengasuhan ayah lebih cenderung kurang dapat diprediksi dan lebih aktif. Ayah menstimulasi perkembangan kognitif dan sosial dengan mempromosikan melalui permainan fisik.
Ayah mengajari anak melalui contoh, menekankan pelajaran dari pengalaman. Ayah mengajarkan cara menghadapi frustrasi dengan menawarkan dukungan yang tidak segera, sehingga meningkatkan keterampilan pemecahan masalah yang adaptif.
Dalam menerapkan kedisiplinan ayah lebih cenderung fokus pada apa yang perlu dipelajari agar anak sukses di dunia sehari-hari (Turnier, 2013).
Sebagian besar ayah dari anak dengan autisme mendukung pendidikan anak, namun hambatan terbesar adalah memenuhi tuntutan pekerjaan (Potter, 2016).
Lima elemen penting keterlibatan ayah terhadap pola asuh remaja dengan autisme adalah:
1. Kedekatan hubungan ayah-remaja dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Kedekatan terbentuk dari ikatan emosional antara remaja dan ayah. Contohnya adalah saat anak membutuhkan terapi sensorik ayah membuat jalan setapak yang terbuat dari batu sehingga anak mendapat stimulasi dari panca inderanya.
2. Kepercayaan dan ketaatan remaja kepada ayah dalam menghadapi situasi baru.
Pada usia pubertas, remaja sering menunjukkan tantrum karena perubahan emosi yang tidak terkendali. Ayah mampu menenangkan emosi remaja dengan memegang tangannya dan memastikan semuanya baik-baik saja.
3. Ketegasan dan konsistensi dalam mengendalikan perilaku autisme remaja.