KOMPAS.com - Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang banyak diderita di Indonesia. Keterlambatan pengobatan dan juga pasien yang putus obat menjadi penyebab mengapa TBC sulit diatasi.
Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di dunia pada tahun 2021, yakni 969.000 kasus.
Dijelaskan oleh dr.Tiffany Tiara Pakasi dari National TB Program Kementrian Kesehatan, masih banyak stigma di masyarakat mengenai penyakit TBC.
“Pengobatan TBC yang memakan waktu cukup lama dan juga adanya efek samping obat, baik itu ringan atau berat, terutama bagi penderita TBC resisten obat, juga berpengaruh,” kata Tiffany menjawap pertanyaan Kompas.com melalui surat elektronik.
Baca juga: Pemeriksaan Genome Sequencing untuk Atasi Tuberkulosis Kebal Obat
Dia menambahkan, masyarakat perlu mewaspadai batuk yang bisa dicurigai sebagai gejala penyakit TBC.
“Gejala TBC pada orang dewasa adalah batuk terus menerus (berdahak atau tidak berdahak), sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, letih, lesu, berkeringat pada malam hari tanpa adanya aktivitas, demam berkepanjangan,” paparnya.
Sementara itu, gejala TBC pada anak seringkali tidak khas dan tidak jarang dianggap sebagai penyakit biasa.
“Dugaan TBC pada anak harus kita pertimbangkan jika anak mengalami berat badan menurun atau tidak bertambah dalam 2 bulan berturut-turut, demam lebih dari 2 minggu tanpa sebab yang jelas, lesu, serta anak kurang aktif,” katanya.
Imunisasi BCG merupakan salah satu imunisasi wajib pada bayi untuk mencegah penyakit TBC. Walau tidak dapat mencegah 100 persen, tetapi menurut Tiffany anak yang sudah divaksin BCG akan terlindungi dari kemungkinan TBC yang lebih berat, seperti meningitis TBC.
Baca juga: 608 Anak di Bantul Kena TBC karena Dicium dan Digendong, Ini Kata Pakar
Selain imunisasi, TBC juga bisa dicegah melalui perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi makanan bergizi, tidak merokok, serta secara aktif memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala TBC.
“Upayakan menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. Selain itu biasakan menjemur alas tidur untuk mencegah lembab dan membunuh bakteri TBC,” paparnya.
Sementara itu, pasien yang sudah terlanjur tertular tuberkulosis diimbau untuk melakukan pengobatan sampai tuntas. Sebab, pengobatan yang tidak tuntas dapat membuat pasien berpotensi mengalami TBC resisten obat, sehingga harus minum obat yang lebih kuat dari sebelumnya.
“Semua jenis pengobatan TB diberikan secara oral serta pemberian dosis dan durasi waktu pengobatan ditetapkan oleh tenaga ahli klinis sesuai dengan usia dan kondisi pasien,” ujar Tiffany.
Baca juga: Jabar Penyumbang Terbesar TBC di Indonesia, Malu dan Lelah Berobat Jadi Penyebab
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.