Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Darah Kental dan Stroke

Kompas.com - 14/09/2008, 11:58 WIB

SALAH satu dampak buruk dari sindrom darah kental adalah stroke. Selain kematian, mereka yang terkena stroke bisa mengalami kecacatan parah akibat fungsi otak terganggu.

Aru W Sudoyo, dokter spesialis hematologi (konsultan) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan, pada sindrom darah kental, perlu diperhatikan apakah penderita memiliki riwayat stroke dalam keluarga, memiliki defisiensi protein darah, dan kelainan gen.

Apabila ada anggota keluarga terkena stroke, risiko mendapat stroke meningkat hingga empat kali lebih besar. Kelainan pada gen yang dibawa sejak lahir juga menyebabkan perempuan rentan terkena migren dan stroke akibat darah kental.

Stroke pada usia produktif menimbulkan dampak sosial ekonomi besar. Selain membutuhkan biaya tinggi untuk pengobatan dan rehabilitasi medik, stroke juga sering menyerang pencari nafkah utama dalam keluarga.

Di Indonesia belum terdata berapa jumlah pasien stroke pada usia produktif sekaligus penyebabnya. Beberapa penelitian di luar negeri menyimpulkan, stroke pada usia muda dipicu gaya hidup dan stres tinggi.

Dr Tsong Hai Lee dari Taiwan, misalnya, meneliti penyebab utama stroke sumbatan terhadap orang berusia 18-45 tahun pada kurun 1997-2000.

Menurut penelitian Lee, ada empat penyebab utama stroke sumbatan pada orang berusia 18-45 tahun. Dari 264 orang di Taiwan yang diteliti, Lee menemukan penyebab stroke sumbatan adalah kelebihan lemak (53,1 persen), merokok (49,8 persen), hipertensi (45,8 persen), dan riwayat stroke keluarga (29,3 persen).

Stres dapat memicu darah kental karena meningkatkan adrenalin. Bila ada adrenalin, tubuh akan menghasilkan energi dengan cara membakar lemak. Persoalannya, pada orang yang stres, high density lipoprotein (HDL/kolesterol baik) tidak ikut meningkat sehingga lemak darah menjadi tinggi.

Berbeda dengan pembakaran lemak karena olahraga. Aktivitas olahraga meningkatkan kadar HDL sehingga lemak yang terbakar akan dibuang keluar tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com