KOMPAS.com — Selama ini, masalah hipertensi selalu dihubungkan dengan penyakit stroke. Namun, riset terbaru menunjukkan, orang dengan hipertensi cenderung mengalami penurunan kemampuan membaca reaksi orang dan tidak dapat membedakan reaksi marah serta bentuk emosi lainnya.
James A McCubbin, professor psikologi dari Clemson University, Amerika Serikat, dan koleganya telah membuktikan bahwa penderita hipertensi lebih cenderung mengalami penurunan kemampuan dalam mengenali rasa marah, takut, sedih, dan ekspresi wajah.
"Sebagai contoh, jika atasan di tempat kerja Anda marah, Anda sering keliru dan mungkin mengira bahwa dia hanya bercanda," kata McCubbin, seperti dilaporkan dalam Journal Psychosomatic Medicine.
"Hal ini dapat menyebabkan miskomunikasi, penurunan efektivitas kerja, dan meningkatnya tekanan psikososial. Pada beberapa orang, hal ini mungkin akan menyebabkan salah tafsir karena tidak bisa membedakan antara humor dan marah," ujar McCubbin.
McCubbin mengatakan, ketidakmampuan seseorang untuk membaca kondisi emosional pada ekspresi wajah atau komunikasi verbal akan membuat mereka mendapat lebih banyak masalah karena tidak sepenuhnya dapat membedakan ancaman yang ada di sekitarnya.
Menurutnya, hubungan antara hambatan membaca emosi dan tekanan darah tinggi diyakini turut berperan dalam perkembangan hipertensi dan risiko menderita penyakit jantung.
"Menurunnya emosi positif dapat menghilangkan salah satu manfaat menyembuhkan dari hubungan pribadi, hobi, ataupun liburan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.