Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Hernia Masih Belum Ideal

Kompas.com - 21/11/2011, 06:40 WIB

Solo, Kompas - Penanganan hernia di Indonesia belum seragam. Butuh penanganan ideal sehingga diperoleh angka kambuh rendah, kesakitan minimal, terhindar dari kasus kematian, dan pasien cepat kembali beraktivitas seperti semula.

Salah satu yang belum seragam adalah penggunaan jaring sintetis (mesh graft) untuk menutup defek atau bagian lemah dinding yang menjadi rongga hernia. Mesh graft adalah jaring sintetis tempat merambatnya jaringan sehingga bisa mencegah organ atau bagian organ masuk kembali ke rongga.

”Pemakaian mesh graft sebenarnya prosedur operasional standar sejak tahun 1990-an, namun ada yang belum memakainya dengan alasan tertentu,” kata Ketua Seksi Ilmiah Persatuan Ahli Bedah Indonesia (PABI) Kota Solo dr Sugandi Hardjanto FInaCS, Sabtu (19/11).

Menggunakan mesh pada defek hernia akan memperkecil resiko kambuh. Hernia yang kambuh akan sulit ditangani dengan bedah terbuka. Biasanya bedah tertutup dengan laparoskopi.

”Jika hanya dijahit saja tanpa mesh, risiko kambuhnya 10-15 persen,” kata Sugandi yang juga Direktur RS Kasih Ibu.

Dokter spesialis bedah dari RSUD Banyudono, Boyolali, dr N Dasa Putra FinaCS mengatakan, penggunaan mesh juga bisa menghindarkan defek dari tekanan dan meminimalkan rasa nyeri. Masih adanya dokter bedah yang belum menggunakan mesh disebabkan pertimbangan harga atau belum terbiasa.

”Terutama di daerah-daerah kecil. Penting bagi dokter untuk rutin menambah pengetahuan dan keterampilan medisnya,” kata Dasa yang juga ketua seksi acara Hernia Update.

Kegiatan Hernia Update, 9-10 Desember 2011, di Kota Solo, akan menghadirkan pakar dan ahli bedah dari dalam dan luar negeri. Menurut Dasa, seusai kegiatan diharapkan ada kesimpulan penanganan hernia paling efektif dan efisien.

Sebanyak 75 persen kasus hernia terjadi di lipatan paha. Pria punya kemungkinan lebih tinggi terkena hernia dibandingkan perempuan dengan perbandingan 26:1. Hernia yang dikenal juga dengan tedun atau burut jika tak segera ditangani bisa menyebabkan komplikasi, misalnya usus terjepit yang menyebabkan organ rusak atau mengancam keselamatan jiwa.

Selain bedah terbuka, ada bedah tertutup bermetode laparoskopi untuk bedah minimal. Metode ini juga belum banyak dikuasai karena mahalnya peralatan sehingga tak semua rumah sakit memilikinya. (EKI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com