KOMPAS.com — Kehamilan seyogianya dijalankan dengan perasaan bahagia karena apa yang dirasakan si ibu berpengaruh besar pada calon bayinya. Studi terbaru menunjukkan, ibu hamil yang mengalami stres cenderung memiliki bayi yang menderita alergi.
Dalam risetnya, peneliti menemukan bahwa bayi dengan tingkat kortisol (hormon stres) terendah cenderung memiliki risiko lebih kecil mengidap alergi ketimbang bayi dengan tingkat kortisol lebih tinggi. Para peneliti percaya bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup selama masa kehamilan turut andil dalam meningkatkan kadar kortisol adrenal, yang memicu munculnya alergi.
Menurut para peneliti, secara fisiologi kebanyakan ibu hamil cenderung memiliki kadar kortisol tinggi. Kondisi ini umumnya disebabkan karena beberapa hal seperti kelebihan lemak perut, insomnia, resistensi insulin (gula darah tinggi), rambut rontok, dan siklus menstruasi yang tidak teratur. Karena itu, untuk mencegah kadar kortisol yang berlebihan maka stres perlu dihindari.
Alergi hanyalah salah satu dari sederet dampak negatif jangka panjang stres bagi tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu, berusahalah menjaga agar pikiran tetap tenang dan rileks. Keseimbangan antara pekerjaan dan waktu bersantai merupakan salah satu cara meredam stres. Hindari pula kecemasan yang tidak perlu dengan menambah informasi mengenai kehamilan dari buku atau bertanya pada orang yang lebih berpengalaman. Intinya, jalanilah kehamilan ini dengan bahagia agar si kecil sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.