Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/07/2012, 09:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Timbulnya ekspresi gen BRLF1 virus Epstein-Barr pada tumor nasofaring menjadi penanda terjadinya metastasis alias penyebaran kanker ke organ-organ lain.

Demikian hasil penelitian Daniel Joko Wahyono untuk disertasinya, ”Ekspresi Relatif Gen BRLFI Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai Petanda Progresivitas Tumor Karsinoma Nasofaring (KNF): Hubungannya dengan Polimorfisme Gen Reseptor Sel Tß (TCRß) dan Polimorfisme Gen Reseptor Sel T? (TCR?) Pejamu”. Daniel mendapat yudisium sangat memuaskan saat mempertahankan disertasi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jumat (20/7).

Bertindak sebagai promotor Guru Besar Biologi Kedokteran FKUI Purnomo Soeharso dan kopromotor Guru Besar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher FKUI Bambang Hermani serta staf pengajar Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI, Dwi Anita Suryandari.

Pemeriksaan biomolekuler dilakukan Daniel secara in vivo menggunakan contoh klinis pasien kanker. Sebelumnya, tahun 2008, para peneliti Universitas Toronto, Kanada, melakukan penelitian serupa, tetapi secara in vitro menggunakan kultur.

Menurut Daniel, kasus kanker nasofaring (bagian teratas tekak di belakang rongga hidung) tertinggi terjadi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan angka kejadian 6,2 per 100.000 penduduk per tahun. ”Pada umumnya, kasus kanker ini ditemukan pada populasi etnis China dan Melayu,” katanya.

Frekuensi pasien kanker nasofaring ditemukan hampir merata di Indonesia. Di Jakarta ditemukan 100 kasus per tahun, Bandung 60 kasus per tahun, Makassar 25 kasus per tahun, Denpasar 15 kasus per tahun, dan Padang serta Bukittinggi 11 kasus per tahun.

Daniel menyebutkan, ada tiga penyebab terjadinya kanker nasofaring, yaitu faktor genetika, infeksi virus Epstein-Barr (EBV), dan faktor lingkungan. Kebiasaan mengonsumsi ikan asin juga berkontribusi pada munculnya kanker nasofaring. Pengasinan protein dari ikan menimbulkan residu senyawa karsinogen.

Menurut Daniel, fasilitas laboratorium biomolekuler di Indonesia sudah mampu melakukan uji analisis terhadap aktivitas dan perkembangan kanker nasofaring.

Pada infeksi EBV, pemeriksaan jaringan tumor dapat memantau ekspresi gen BRLF1 EBV yang menandakan penyebaran kanker ke organ lain, seperti kelenjar getah bening, hati, saraf, paru, hingga otak. Jika aktivitas EBV tak terdeteksi, diperkirakan belum terjadi penjalaran sel kanker ke organ lain. (ABK)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau