Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2012, 17:02 WIB

Kompas.com - Berlompatan di atas trampolin bisa menjadi kegiatan yang mengasyikkan bagi anak-anak. Tetapi di balik kesenangan tersebut tersimpan marabahaya. Diperkirakan 98.000 orang, mayoritas anak-anak, setiap tahunnya cedera karena jatuh dari trampolin.

Para dokter anak yang tergabung dalam The American Academy of Pediatrics (AAP) menyerukan agar anak-anak seharusnya dilarang bermain di trampolin mengingat bahayanya. Seruan yang sudah disampaikan beberapa waktu lalu itu kembali ditegaskan.

Kebanyakan cedera terjadi ketika lebih dari satu anak berada di trampolin. Anak balita merupakan korban terbanyak, dengan jumlah 48 persen mengalami patah tulang dan dislokasi.

Beberapa cedera bahkan berdampak fatal, ketika mereka melompat sambil jungkir balik, beberapa anak mengalami cedera tulang belakang yang berakibat kerusakan permanen.

"Setiap keluarga harus tahu bahwa banyak kasus cedera terjadi di matras atau alas trampolin. Meski sudah ditambahkan jaring di sekelilingnya tidak ada data penurunan risiko cedera," kata Dr.Michele LaBotz, dari AAP.

Meski begitu, menurut para ahli dari Royal Society for the Prevention of Accidents, trampolin sebenarnya bisa menjadi sarana yang menyenangkan bila aturan keselamatan diikuti. Misalnya saja menggunakan alas yang lebih lembut serta memagarinya dengan jaring.

Meski begitu penggunaan jaring bukanlah pengganti pengawasan orangtua. Terlebih hampir separuh kecelakaan di trampolin terjadi ketika orangtua mengawasi anaknya bermain di trampolin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com