Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2013, 16:03 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

Sumber Dailymail

Kompas.com - Efek kecanduan ternyata bisa didapatkan setelah kita mengonsumsi makanan tertentu, seperti halnya kecanduan narkotika dan rokok.  Layaknya ketergantungan pada kedua zat tersebut, adiksi pada makanan akan menimbulkan efek 'nagih.'

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim dari Boston Children’s Hospital di Amerika, makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi, seperti roti putih, nasi, atau kentang, berpotensi menimbulkan adiksi.

Mengasup terlalu banyak makanan dengan nilai indeks glikemik yang tinggi bisa menyebabkan lapar berlebihan dan merangsang area otak yang berkaitan dengan ganjaran dan ketagihan.

Riset yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition ini membuktikan, asupan makanan diatur dopamine. Dopamine adalah hormon yang dihasilkan bagian otak yang merupakan pusat kesenangan.

“Bagian otak ini juga berhubungan dengan ketergantungan dan penyalahgunaan zat. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, apakah makanan juga bisa menimbulkan adiksi,” kata pemimpin studi, Dr. David Ludwig.

Studi ini menggunakan 12 pria yang mengalami obesitas sebagai responden. Para responden mengkonsumsi hidangan uji yang didesain sebagai milkshake.

Ada dua jenis milkshake yang digunakan. Kedua jenis milksake memiliki kalori, rasa, dan pemanis yang sama. Perbedaannya adalah milkshake tipe 1 bisa dicerna dengan cepat dan berindeks gelamik tinggi. Sementara milkshake tipe 2 dicerna dengan pelepasan gula lebih lama.

Para peneliti juga mengukur level glukosa dalam darah dan rasa lapar. Dengan menggunakan MRI, peneliti melakukan pemindaian untuk meneliti aktifitas otak selama periode 4 jam usai makan. Aktivitas otak ini akan mempengaruhi kebiasaan makan di waktu selanjutnya.

Hasilnya, yang mengkonsumsi milskhake dengan indeks glikemik tinggi mengalami kenaikan gula darah. Kenaikan ini diikuti penurunan tajam 4 jam kemudian padahal penurunan gula darah berhubungan dengan timbulnya rasa lapar yang berlebihan. Akibatnya, penderita harus segera makan untuk menutupi rasa laparnya.

Penurunan gula darah juga mengintensifkan aktivasi nucleus accumbens, yaitu area otak yang menentukan tingkah laku adiktif.

Ludwig mengatakan, hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengaturan pola makan pasien obesitas. Mengurangi makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan membantu mengurangi nafsu makan.

Meski begitu, penelitian ini masih harus dilanjutkan. Penelitian tambahan diharapkan bisa memberitahu klinisi tentang kecanduan makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau