Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2013, 09:48 WIB


KOMPAS.com - Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus dapat memenuhi kebutuhan gizi demi menjamin kesehatan ibu dan janin yang dikandung. Ya, ibu hamil biasanya tak luput dari berbagai masalah kesehatan. Meski begitu, tak perlu khawatir sepanjang kita tahu bagaimana pencegahan dan penanganannya.

Nah, masalah apa yang sering kali dialami ibu hamil? Berikut di antaranya:

* HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dalam bahasa awam disebut mual dan muntah berlebihan. kebanyakan dialami ibu hamil saat usia kehamilan 8-12 minggu. Sebenarnya, seiring pertambahan usia kehamilan, keluhan ini berkurang dan berhenti saat usia kehamilan memasuki 16 minggu. Akan tetapi, ada juga ibu hamil yang mengalami ini hingga trimester 3. Mual muntah kategori berat bila ibu hamil muntah tiap kali makan atau minum. Efeknya, lemas, pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun. Bila tak ditangani, berisiko terhdap kesehatan ibu dan janin.

Solusinya adalah mengatur pola makan bergizi seimbang. Pilih makanan mengandung karbohidrat tinggi untuk mengganti energi yang terbuang karena muntah. Konsumsilah makanan dan minuman berkadar air tinggi seperti buah dan sayuran. Bisa pula minum jus atau susu khusus ibu hamil. Makan dengan porsi kecil, tidak berlebihan tapi sering. Konsumsilah makanan kering seperti biskuit sehingga membantu menyerap asam lambung. Hindari jenis makanan yang memicu mual seperti yang berlemak dan berbumbu tajam.

* ANEMIA

Anemia terjadi lantaran tubuh tak memiliki cukup sel-sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Tanpa pasokan oksigen yang cukup, sel-sel tubuh dapat memproduksi energi. Alhasil ibu merasa lelah, lemas, pusing, kurang konsentrasi. Nah, untuk menghasilkan sel-sel darah merah yang memadai, tubuh butuh asupan zat besi dari pola makan sehari-hari, selain jgua dari asam folat dan vitamin B12.

Anemia pada ibu hamil terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan zat besi yang meningkat dengan asupan yang kurang. Seperti diketahui, ibu hamil butuh zat besi 1000 mg sedangkan asupan zat besi yang berasal dari makanan selama hamil sering kali kurang atau tak memenuhi kebutuhan.  Kebutuhan zat besi untuk meningkatkan volume darah, massa jaringan tubuh itu serta pertumbuhan janin.

Spesialis kandungan dan kebidanan Dr. Damar Pramusinto, SpOG(K) mengatakan, kondisi anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan janin dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan asfiksia (gangguan pernapasan), berat badan lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur hingga kematian ibu dan bayi. Selain itu, ada risiko terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi.

Anemia dapat ditangani dengan memperbaiki pola makan kaya zat besi yaitu dari sumber hewani seperti hati dan daging serta sumber nabati seperti sayur dan buah, serealia, kacang-kacangan.

* SEMBELIT

Sembelit dialami ibu hamil karena terjadi penurunan gerak peristaltik pada saluran cerna sehingga menjadi lebih lambat dari biasanya. Adapun gerak usus melambat karena adanya peningkatan kadar hormon progesteron. Sembelit juga terjadi karena pola makan yang kurang baik misalnya asupan makana berserat yang kurang, banyak mengonsumsi makanan berlemak dan kurang minum.

Untuk mengatasi masalah ini, ibu perlu menerapkan pola makan bergizi seimbang dengan mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan roti gandum utuh (whole wheat). Buah-buahan yang banyak mengandung air di antaranya jeruk, papaya, melon, semangka atau mangga.

* HIPERTENSI

Pada saat kehamilan bisa terjadi hipertensi. Umumnya terjadi pada usia kehamilan setelah 20 minggu. Hipertensi ditunjukkan dengan tekanan darah sistolik mencapai 140 mm HG dan atau tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Kondisi seperti ini disebut pregnancy induced hypertension atau gestational hypertension.

Ibu hamil yang mengalami hipertensi mengalami sakit kepala, pusing, disertai bengkai di area tungkai. Pemeriksaan laboratorium bahkan menunjukkan angka protein dalam urin yang tinggi.  Risiko yang mungkin terjadi janin mengalami ganguan pertumbuhan, terlepasnya plasenta bahkan kematian janin. Tentunya ibu perlu mendapat pemantauan tekanan darah serta protein urin. Bagi ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi disarankan untuk mengurangi konsumsi garam.

* DIABETES GESTASIONAL

Diabetes pada kehamilan disebut diabetes gestasional yang umumnya akan kembali normal setelah ibu melahirkan. Efek bila ibu mengalami diabetes kala hamil di antaranya kadar glukosa pada janin meningkat, sehingga bayi bisa lahir dengan berat lahir di atas 4 kg. kondisi ini tentu dapat menyulitkan proses persalinan.  Bahkan, kelak bayi berisiko mengalami diabetes atau kelainan bawaan. Di sisi lain, ibu berisiko mengalami perdarahan kala kehamilan.

Upaya yang dilakukan adalam mengontrol konsumsi untuk mempertahanan kadar gula dalam darah. Agar peredarahan darah lancar ibu perlu melakukan aktivitas ringan. Lakukan memeriksaan gula darah sebagai upaya deteksi dini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau