Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2013, 11:59 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com
- Adakah yang menandingi kasih ibu? Sejak awal di kandungan, ibu akan mempertaruhkan segalanya untuk memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, termasuk memberikan Air Susu Ibu (ASI).

Namun keinginan para ibu untuk memberikan ASI ternyata tidak selalu mudah dan lancar. Banyak ibu yang mengalami ASI tidak juga keluar setelah melahirkan, puting lecet, sampai pelekatan mulut yang tidak sempurna sehingga bayi kesulitan menghisap.

Hal tersebut juga dialami oleh Arninta Puspitasari (26). Sejak awal kehamilan ia sudah membekali diri dengan berbagai informasi seputar ASI hingga mengikuti kelas laktasi agar dapat memberikan ASI eksklusif bagi putri pertamanya Azka Nesiaraya (6,5 bulan).

Bahkan ia mengambil cuti empat bulan dari tempatnya bekerja agar bisa lebih maksimal memberikan ASI. Namun tetap saja setelah melahirkan ia mengalami kesulitan.

"Mungkin karena baby Raya dan saya sama-sama belajar, soal pelekatan tidak langsung bisa. Bahkan puting saya sampai retak dan berdarah saat menyusui," kata wanita yang bekerja sebagai public relation di sebuah produsen makanan ini.

Dalam dua minggu pertama Arninta masih kesulitan menyusui. "Karena luka pada puting terlalu parah, dokter meminta agar sementara menyusui dihentikan karena diberikan obat topikal pada bagian luka,"katanya.

Sambil menunggu proses penyembuhan, ia memerah ASI-nya dan memberikannya melalui dot. Tetapi Ninta harus menghadapi masalah lain karena berat badan bayinya tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan. "Oleh dokter disarankan untuk dibantu dengan donor ASI atau susu formula agar berat badannya cepat bertambah," katanya.

Karena merasa tidak yakin dengan konsep donor ASI, akhirnya ia memilih susu formula sambil tetap menyusui.

Keinginan Wardah Fazriati atau Wawa (32) untuk memberikan ASI ternyata juga tak sesederhana yang dibayangkannya. Sejak awal ia sudah bercita-cita memberikan ASI eksklusif kepada putri pertamanya Dahayu Hadiya Raji (4 bulan). Namun di usia kehamilan 34 minggu ia mengalami perdarahan hebat dan terpaksa melahirkan lewat operasi caesar.

Karena terlahir prematur, Dahayu harus dirawat dalam inkubator. Lemahnya kondisi fisik pasca persalinan juga membuat Wawa baru bisa memberikan ASI di hari ketiga. "Tetapi saat itu Dahayu belum bisa menghisap sehingga ia diberikan ASI perahan lewat pipet," katanya.

Hasil perahan ASI yang sedikit, hanya 20-30 ml sekali peras, membuat bayinya terpaksa diberikan susu formula. "Rasanya sedih sekali dan ada perasaan bersalah karena merasa tak bisa memberikan yang terbaik," katanya.

Baik Ninta atau Wawa sama-sama menyadari ASI adalah makanan ideal bagi bayi yang tidak tergantikan oleh susu formula. Mereka juga mengetahui manfaat pemberian ASI dapat meningkatkan bonding antara ibu dan bayi.

"Karenanya sampai sekarang meski ASI hanya sedikit dan bayi sudah minum susu formula, setiap ada di rumah saya tetap menyusui untuk menguatkan ikatan batin," kata Wawa yang seharian bekerja di kantor ini.

Banyak sebab

Menurut dr.I Gusti Ayu Pratiwi, Sp.A, ada beberapa hal yang menyebabkan ibu tidak dapat menyusui, antara lain tidak mempraktikkan inisiasi menyusu dini, menyusui tidak sesuai keinginan bayi (on demand), ibu atau bayi sakit, rasa tidak percaya diri ibu mampu memberikan ASI, ada masalah pada payudara, dan sebab-sebab lain.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau