Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2013, 09:23 WIB

KOMPAS.com —  Kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya menjadi kunci penanggulangan kasus penyakit demam berdarah dengue. Intervensi pemerintah akan sia-sia tanpa ada kesadaran masyarakat memberantas sarang nyamuk.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati, Selasa (6/8), di Jakarta, mengatakan, selama ini penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dilakukan lewat gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara rutin setiap Jumat oleh petugas dari dinas kesehatan, puskesmas, dan kelurahan bersama masyarakat. Selain kasus DBD menurun, upaya ini diharapkan juga menggugah masyarakat untuk lebih aktif dalam memberantas sarang nyamuk.

”Kalau masyarakat waspada dan proaktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk, tidak akan ada kasus demam berdarah terjadi. Jika mengandalkan pengasapan (fogging) saja, tidak akan selesai,” ujar Dien.

Ia mencontohkan kasus Kampung Melayu. Selama ini, daerah yang sangat rentan banjir itu justru memiliki angka kasus DBD relatif rendah. Setelah diteliti ternyata masyarakat setempat beserta juru pemantau jentik (jumantik) sangat proaktif dalam memberantas sarang nyamuk.

Hal itu berbeda dengan yang terjadi di daerah Duren Sawit atau Kelapa Gading. Kepedulian warga terhadap risiko DBD dinilai Dien kurang. ”Di permukiman dengan rumah-rumah bagus belum tentu tidak muncul kasus DBD, katanya.

Kepala Seksi Wabah dan Surveilans Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menuturkan, penanggulangan DBD harus dilakukan pada nyamuk dan tempat bertelurnya. Itu sebabnya untuk menekan angka DBD, masyarakat harus terlibat, minimal dengan membersihkan tempat-tempat yang dapat menampung air dan berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk.

Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, sepanjang 2013 terdapat 6.563 kasus DBD. Kasus tersebar di Jakarta Timur (2.164 kasus), Jakarta Selatan (1.385), Jakarta Barat (1.464 kasus), Jakarta Utara (941 kasus), Jakarta Pusat (608 kasus), dan Kabupaten Kepulauan Seribu (1 kasus).

Waspadai cuaca

Dien minta masyarakat mewaspadai cuaca. Biasanya DBD muncul ketika hujan dengan intensitas sedang yang dilanjutkan dengan cuaca panas. Saat itu banyak air tergenang yang memungkinkan nyamuk untuk bertelur.

Kepala Tata Usaha Puskesmas Kelapa Gading Suryanur mengatakan, kasus DBD banyak terjadi seusai banjir melanda Kelapa Gading beberapa bulan lalu. Kasus DBD banyak muncul terutama di sejumlah RW di Kelurahan Pegangsaan Dua yang banyak terdapat permukiman padat.

Menurut Suryanur, berkat pemberantasan sarang nyamuk yang terus dilakukan setiap Jumat oleh petugas puskesmas, kelurahan, dan kecamatan serta jumantik, kasus DBD terus berkurang. Masyarakat sudah semakin mudah diajak bekerja sama melakukan gerakan PSN.

Selain PSN, upaya mencegah dan menanggulangi DBD juga dilakukan dengan mengintervensi nyamuk dewasa dan masyarakat.

Intervensi pada nyamuk dewasa dilakukan melalui mekanisme pelaporan dari rumah sakit dan puskesmas yang ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi dan risiko penyebaran di lapangan. Sekalipun hanya ada satu penderita DBD, pengasapan tetap dilakukan di sekitar tempat tinggal penderita.

Sementara itu, para jumantik berupaya melibatkan masyarakat di lapangan. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau