Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2013, 17:23 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


Kompas.com - Tenaga kesehatan yang seharusnya mengedukasi masyarakat akan pentingnya pemberian ASI sebagai makanan utama bayi, di beberapa tempat ternyata justru menjadi "tenaga pemasar" susu formula.

Hal tersebut setidaknya terjadi di Kecamatan Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Menurut tenaga gizi puskesmas, Endah Susilowati, ada beberapa bidan di wilayah kecamatan tersebut yang justru menentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi.

"Mungkin sebagian bidan itu terikat kontrak dengan produsen susu formula. Mereka bahkan memperoleh bonus jika berhasil mencapai target," katanya di Jakarta, Kamis (15/8).

Masalah serupa dialami Rumondang Pakpahan, tenaga gizi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Masih ada bidan di wilayahnya bekerja sama dengan produsen susu formula. ”Masih ada bidan langsung memberikan susu formula ke wanita yang baru saja melahirkan tanpa diminta,” ungkapnya.

Endah mengatakan, bayi yang sudah terlanjur mendapat susu formula akan sulit berpindah ke ASI. Padahal, kandungan nutrisi susu formula tidak sebaik ASI.

Menurut Endah, cakupan pemberian ASI eksklusif di Jepara hanya 30,25 persen.

Peraturan peemrintah terkait pemberian ASI tidak banyak membantu menghentikan ulah para tenaga kesehatan yang masih saja mempromosikan susu formula.

Tidak mau tinggal diam dengan kondisi tersebut Endah membentuk relawan Kader Kelompok Peduli ASI (KKPASI) yang terdiri atas tenaga gizi atau warga yang menyadari pentingnya ASI.

Kelompok ini kemudian giat memberi edukasi di instansi pemerintahan atau lingkungan warga. Gerakan ini dimulai pada 2010.

“Tragis memang saat tahu ‘lawan’ kita adalah sesama tenaga kesehatan. Program ini bahkan sempat ditentang kepala puskesmas di tempat saya bekerja,” kata Endah.

Untuk lebih mengampanyekan ASI, Endah juga menggandeng dokter spesialis anak yang peduli ASI dan berbagai organisasi masyarakat. Hasilnya, ada 100 ibu yang terus dipantau sejak hamil hingga melahirkan dan menyusui.

Endah juga berhasil mengadakan pelantikan kader KPPASI yang dihadiri bupati dan kepala dinas kesehatan kabupaten Jepara.

“Kegiatan ini merupakan awalnya. Dari sini KPPASI terus berkembang hingga sekarang ada juga di puskesmas Mlonggo dan Jepara. Untuk kader kami menggunakan kader posyandu yang peduli ASI,” kata Endah yang terpilih sebagai Tenaga Kesehatan Teladan 2013 ini.

Resep sukses kegiatan ini menurut Endah adalah menekankan pentingnya ASI dengan memasukkan ajaran agama karena masyarakat Jepara cenderung religius.

Berkat kegiatan-kegiatan tersebut Endah mengatakan cakupan ASI ekskulif meningkat jadi 60,5 persen.

Namun ia tidak cepat berpuas diri. Ke depan, Endah menargetkan setiap posyandu minimal memiliki satu orang kader KPPASI untuk memudahkan ibu hamil dan tenaga kesehatan memperoleh berbagai informasi tentang ASI.

Endah berharap pemerintah bisa lebih serius menerapkan berbagai peraturan terkait ASI. "Kalau peraturannya tegas, yang di daerah jadi lebih mudah,” kata Endah.

Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan agar para tenaga kesehatan untuk tidak segan menghubungi dirinya bila ditemukan produsen susu yang mengadakan kontrak dengan tenaga kesehatan.

“Sebetulnya kita sudah mengadakan perjanjian tidak boleh membuat kontrak dengan tenaga kesehatan. Selain itu, produsen juga tidak boleh menjual susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan,” kata Nafsiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau