Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2013, 08:24 WIB
Rosmha Widiyani,
Asep Candra

Tim Redaksi


KOMPAS.com
-Tak bisa dipungkiri pemahaman masyarakat tentang penyakit jiwa, khususnya skizofrenia, masih sangat terbatas. Akibatnya beberapa penderita skizofrenia mendapat perlakuan dan penanganan yang tidak tepat. Misalnya, penderita dibawa ke 'orang pintar' untuk diobati. Tak jarang, penderita dipasung demi mencegah hal-hal yang mungkin saja berbahaya.

Kesalahan tersebut bisa diperbaiki bila masyarakat memperoleh pengetahuan lewat media yang tepat. Salah satu media yang efektif adalah film. Melalui film tentang skizofrenia, diharapkan masyarakat bisa melihat, bagaimana penderita ini dapat pulih dan beraktivitas layaknya orang normal.

"Saya sangat berharap kesadaran masyarakat bisa terbangun lewat film ini. Nantinya kesadaran ini akan menyebar di anggota masyarakat lain, yang akhirnya membantu pemulihan penderita skizofrenia," kata produser film skizofrenia berjudul Split Mind, Nia Sari, pada konfrensi pers Selasa (17/9) di Jakarta.

Film Split Mind, kata Nia, bercerita tentang penderita skizofrenia bernama Lilik Suwardi. Berdurasi 30 menit, film ini menceritakan bagaimana Lilik mencoba bangkit dari penyakit yang mengungkungnya. Dalam cerita tersebut, kata Nia, bisa dilihat bagaimana Lilik mencoba bunuh diri saat vonis skizofrenia dijatuhkan. Lilik juga sempat menjalani aneka terapi alternatifnya, sampai akhirnya kembali ke medis. Masyarakat juga bisa melihat bagaimana peran keluarga dan tetangga sekitar pada pemulihan Lilik.

Bersama Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), even Layar Jiwa akan dilakukan di beberapa kota. "Kita akan ada Surabaya, Medan, dan Banjarmasin. Selain di perguruan tinggi kita juga hadir di desa," kata Nia.

Salah satu desa yang dituju, kata Nia, ada di wilayah Cikampek, Jawa Barat. Film merupakan stimulator terapi skizofrenia berbasis masyarakat. Melalui film, masyarakat bisa mengetahui pemulihan skizofrenia juga bergantung pada masyarakat. Dengan pengetahuan dan pemikiran yang baik, masyarakat akan membantu pemulihan penderita skizofrenia.

Melalui film juga diharapkan masyarakat tahu skizofrenia bisa disembuhkan. Selanjutnya, tak ada lagi penyangkalan bila ada anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Penyangkalan yang sudah ditepis akan mempermudah jalannya pengobatan.

"Tidak adanya penyangkalan akan meningkatkan kesadaran membantu pemulihan penderita skizofrenia. Dukungan inilah yang berperan dalam kesembuhan penderita skizofrenia," kata psikiater dari UGM, dr. Mahar Agusno, Sp.KJ (K).

Film juga berperan dalam menginformasikan penanganan penderita skizofrenia. Dalam beberapa kasus, tumbuhnya kesadaran tidak dibarengi pengetahuan. Kondisi ini berakhir dengan pemasungan, yang sebetulnya bermaksud supaya penderita tidak melukai diri atau orang di sekitarnya. Padahal pemasungan tidak memperbaiki kondisi penderita skizofrenia.

"Sebaiknya segera bawa berobat. Tidak perlu malu memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia. Penyakit ini bisa dipulihkan asal penderita rutin berobat," kata Mahar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau