KOMPAS.com - Testosteron merupakan hormon yang penting untuk seksualitas pria, namun penambahan kadar hormon ini melalui terapi justru akan menambah masalah baru. Pasalnya, sebuah studi di University of Texas menemukan, terapi testosteron mungkin dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Testosteron adalah hormon yang membantu meregulasi fungsi jantung dan memainkan peran penting dalam produksi sperma, kesehatan tulang, kadar energi, massa dan konsentrasi otot. Lantaran fungsinya yang banyak, testosteron lebih dari sekedar hormon seks pada pria.
Masalahnya, kebanyakan pria mengalami penurunan produksi testosteron saat mereka memasuki usia 30an. Maka sebagian dari mereka pun melakukan suplementasi testosteron guna menormalkan kembali kadarnya dalam tubuh.
Pada 2011, ada 5,3 juta orang di Amerika Serikat yang melakukan terapi tersebut. Jumlah itu meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 2000. Kendati demikian, manfaat dan risiko penggunaan terapi testosteron jangka panjang belum banyak diketahui.
Dalam studi baru, para peneliti menganalisa data dari 9.000 pensiunan pria yang menjalani angiografi koroner selama tahun 2005 hingga 2011. Prosedur tersebut umumnya dilakukan bagi orang yang mengalami gejala seperti nyeri dada atau memiliki risiko tinggi penyakit jantung.
Studi menemukan, pria dengan gejala penyakit jantung yang melakukan penyuntikan ataupun menggunakan gel testosteron mengalami 30 persen kenaikan risiko serangan jantung dan stroke dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Studi dihentikan lebih awal karena laju penyakit jantung pada grup yang mendapat terapi hormon sangat tinggi.
Para peneliti mengatakan, yang perlu dicatat adalah peserta studi sebelumnya sudah memiliki penyakit kronik seperti penyakit jantung koroner, diabetes, pernah mengalami serangan jantung yang lebih parah dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Faktor risiko ini mungkin merupakan alasan kenapa terapi testosteron berbahaya bagi mereka, tetapi para peneliti belum mengetahui pasti.
Secara umum, para pakar medis tidak terlalu menyarankan terapi testosteron bagi pria usia tua. Pasalnya, ada beberapa efek samping yang cukup banyak dari terapi tersebut, seperti jerawat, pembesaran payudara, permasalahan prostat, pengecilan testis, hingga penurunan produksi sperma.
Kadar pemberian testosteron pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan personal. Pasalnya, kadarnya bisa saja berbeda pada setiap orang.
Para pakar juga mengatakan, pria dengan kanker prostat seharusnya tidak menjalani terapi ini karena dapat mempercepat pertumbuhan kanker. Meski bukan penyebab kanker prostat, namun testosteron mungkin mempercepat tingkat keparahannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.