KOMPAS.com — Untuk urusan kejantanan, pria identik dengan hormon testosteron. Namun untuk menjaga hasrat seksualnya tetap baik di usia lanjut, pria juga butuh hormon wanita yaitu estrogen.
Sebuah studi baru mengindikasikan, pria yang kekurangan hormon estrogen dalam tubuhnya lebih besar risikonya mengalami gejala "menopause pria", seperti hasrat seks yang hilang. Selain itu, mereka juga rentan terhadap obesitas.
"Kekurangan testosteron pada pria diketahui memengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan kejantan pria. Namun sebenarnya hal tersebut juga berkaitan dengan kekurangan hormon esterogen," ujar peneliti studi, Dr Joel Finkelstein, dari Massachusett General Hospital.
Testosteron merupakan hormon seks utama pada pria. Kemudian, tubuh pria mengubah sebagian testosteron ke dalam bentuk estrogen. Keduanya dibutuhkan untuk menghambat penuaan.
Sayangnya, pria kerap menghadapi problem umum berkurangnya produksi testosteron dalam tubuh karena bertambahnya usia. Akibatnya, produksi estrogen pun juga ikut berkurang.
Studi melibatkan 400 relawan pria sehat yang berusia 20 hingga 50 tahun. Mereka diberikan suntikan obat setiap bulan yang dapat menurunkan produksi testosteron mereka sementara.
Mereka juga diberi dosis testosteron yang bervariasi dalam bentuk gel. Sebagian lagi diberi gel plasebo. Dan mereka juga diberikan obat yang mencegah konversi testoteron menjadi estrogen.
Studi tersebut didesain untuk memudahkan peneliti membandingkan efek perbedaan kadar setiap hormon. Efek yang diukur antara lain untuk kekuatan dan komposisi tubuh.
Setelah 16 minggu, para peneliti mencatat, massa otot dan kekuatan tergantung pada hormon testoteron, dan massa lemak tergantung pada estrogen. Keduanya dibutuhkan untuk menjaga hasrat dan performa seksual.
Kendati demikian, para pakar menilai, periode studi masih terlalu singkat untuk melihat keuntungan dan risiko jangka panjang, seperti efek suplemen testosteron pada jantung, kognitif, pembesaran prostat atau kanker.
Serta, pengurangan produksi testoteron yang tidak alami mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Para peneliti mengatakan, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan kesimpulan hasil temuan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.