Berbagai kebiasaan dan perilaku ini menentukan kualitas makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Perilaku sederhana di rumah, yang sehat, juga akan menghasilkan makanan yang aman dan sehat.
Perubahan perilaku lebih menentukan kualitas makanan ketimbang kekhawatiran cemaran bahan kimia seperti boraks di dalam bahan pangan.
"Persepsi masyarakat soal keamanan pangan masih terkait kimia padahal tantangannya terletak pada perilaku," ungkap Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga saat jumpa pers seminar Chefmanship Academy di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Roy, masyarakat perlu mendapatkan edukasi terkait perubahan perilaku dalam pengolahan makanan. Pasalnya, cara mengolah makanan yang tidak tepat berisiko menyebabkan kontaminasi silang dari bahan tidak aman, dari lingkungan, peralatan masak yang kurang sesuai fungsi, juga dari manusia itu sendiri.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tjandra Yoga Aditama mengatakan kontaminasi silang juga bisa terjadi akibat perilaku manusia. Perilaku Hidup Bersih Sehat seperti Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) misalnya, juga punya dampak pada kemanan pangan.
"Jika makanannya sudah baik tapi CTPS tidak dijalankan sebelum makan, makanan juga jadi tidak aman," ungkap Tjandra.
Dengan lebih menerapkan perilaku sehat dalam pengelolaan makanan, cemaran mikroba pada makanan saat kontaminasi silang terjadi juga bisa dihindari.
Data BPOM mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan pada 2012 paling banyak terjadi pada pangan jajanan, pangan jasa boga dan masakan rumah tangga. Sumber makanan yang disebut BPOM sebagai Pangan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) ini kebanyakan tercemar mikroba, dari 66 persen pada 2012 dan mengalami peningkatan menjadi 76 persen pada 2013. Pangan TMS karena pencemaran bahan kimia seperti boraks justru kecil presentasenya.