Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggi, Prevalensi dan Risiko Akibat Osteoporosis

Kompas.com - 14/12/2013, 09:35 WIB
Wardah Fajri

Penulis

KOMPAS.com - Risiko terkena osteoporosis tinggi pada perempuan. Akibat yang ditimbulkan darinya pun meningkat ditandai dengan bertambahnya insidensi penyakit yang melemahkan kekuatan tulang seperti patah tulang selain membatasi mobilitas seseorang.

Penelitian terbaru Yayasan Osteoporosis Internasional (IOF) mengungkapkan satu dari empat perempuan Indonesia usia 50-80 berisiko terkena osteoporosis. Risiko pada perempuan empat kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Temuan lainnya, selama 30 tahun terakhir, insiden patah tulang pinggul meningkat dua hingga tiga kali lipat di sebagian besar negara-negara Asia.

"Kami memperkirakan di tahun 2050, akan ada lebih dari 50 persen insiden patah tulang pinggul di Asia yang terjadi karena osteoporosis," terang CEO IOF, Judy Stenmark melalui siaran pers yang diterima Kompas Health, Jumat (13/12/2013).

Penelitian dengan dukungan Fonterra ini bertujuan menghasilkan pemahaman lebih baik tentang kesehatan tulang di Asia Pasifik.  Laporan penelitian berjudul: Asia Pacific Regional Audit: Epidemiology, Costs and Burden of Osteoporosis in 2013, dikeluarkan pada 12 Desember 2013.

Stenmark mengatakan meskipun prevalensi osteoporosis tinggi, gangguan ini masih kurang terdiagnosa, kurang terawat, dan kurang sumber daya dalam penanganannya.

Pemahaman untuk mengurangi risiko osteoporosis juga masih rendah. Risiko bisa berkurang dengan langkah sederhana seperti diet kaya kalsium dan protein, kadar Vitamin D yang cukup, dan skema latihan teratur.

Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suharti Suherman mengatakan perlu dilakukan banyak hal untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai kesehatan tulang di Indonesia.

"Puncak kepadatan tulang kita berusia sekitar 30 tahun. Ketika kita mencapai usia ini tanpa gizi yang cukup dan olahraga teratur, tulang dapat menjadi kehilangan kepadatan atau melemah yang dapat menyebabkan osteoporosis,” paparnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com