KOMPAS.com - Terapi sel punca digadang-gadang sebagai metode pengobatan masa depan. Namun, untuk menjalani terapi ini tidak semudah menjalani pengobatan konvensional. Agar hasilnya optimal, sejumlah faktor penting berikut ini tak boleh terlewati.
Pasalnya, metode pengobatan ini masih baru dan belum banyak ahli yang mampu melakukannya. Di samping itu, metode ini juga masih banyak mengalami perkembangan, meskipun kebutuhan orang dalam memakai metode ini sudah tinggi.
Caranya benar
Menurut peneliti dari ReGeniC (Regeneratic and Cellular Therapy) Indra Bachtiar, ada beberapa hal yang penting diperhatikan sebelum melakukan terapi sel punca. Pertama, sel punca harus dibuat dengan cara yang benar.
"Cara pembuatan sel punca yang benar akan mempengaruhi keamanan serta efektivitas dari terapi sel punca," ujar Indra dalam media workshop bertajuk "Stem Cell Technology for a Better Life" di Bogor, Sabtu (8/3/2014).
Legalitas
Cara yang benar, kata Indra, juga menentukan legalitas dari terapi sel punca itu sendiri. Ia mengatakan, legatitas penting guna memberikan hasil yang terbaik bagi pasien.
"Izin bagi sebuah lembaga pengolahan sel punca merupakan hal yang penting karena menjamin kualitas dari sel punca," tutur dia.
Kompetensi dokter
Selain itu, Indra juga menjelaskan, faktor penting dari terapi sel punca adalah dokter yang melakukan terapi tersebut pada pasien. Menurut Indra, jika sel punca sudah berkualitas baik namun dokter yang melakukannya tidak menguasai teknik dengan benar maka hasil terapi pun tidak akan optimal, bahkan mungkin membahayakan pasien.
"Sel punca yang berkualitas baik namun dibiarkan di ruangan terbuka satu jam atau cara injeksinya salah tetap saja hasilnya tidak akan baik. Maka dokter yang melakukan terapi juga sangat menentukan keberhasilan terapi," papar Indra.
Kualitas dan sumber
Peneliti dari ReGeniC lainnya Yuyus Kusnadi mengatakan, selain memperhatikan kualitas sel punca, yang tidak kalah penting adalah sumber dari sel punca itu sendiri. Individu yang akan diambil sel puncanya sebelumnya perlu menjalani tes darah dahulu.
"Tes tersebut bertujuan untuk mendeteksi infeksi dari darah. Jika ada infeksi virus seperti HIV, HCV, HBSAg atau hepatitis B, maka seseorang itu tidak dapat diambil sel puncanya," ujar Yuyus.
Menurut Yuyus, hal itu sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi penggunaan terapi sel punca. Alasannya, darah yang mengandung virus rentan menulari pada orang lain, khususnya tenaga laboratorium yang mengurus sel punca serta pasien yang mendapat terapi sel punca lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.