Dengan begitu, rumah sakit lebih mudah menyediakan sumber daya dan memperkirakan biaya yang digunakan dalam pelayanannya. Standarisasi ini tak bisa asal dan harus disusun berdasarkan rekomendasi dokter dan sumber daya yang tersedia di fasilitas kesehatan.
Standardisasi memungkinkan penegakkan diagnosis lebih cepat dan akurat. Untuk pasien rawat jalan dengan gejala sederhana, seperti demam tipus, penegakan diagnosis membutuhkan waktu kurang dari satu minggu. Standardisasi juga dilakukan pada pasien rawat inap yang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Sementara tim penegakan diagnosis, disebut DPJP, merupakan gabungan dari seluruh spesialis yang ada di fasilitas kesehatan.
"Untuk penegakan diagnosis kami mengharuskan catatan rinci," ujar Helen. Catatan rinci, lanjut Helen, akan memudahkan pemilihan paket penyembuhan dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Catatan ini juga memudahkan bila pasien membutuhkan penanganan dokter spesialis lain terkait penanganan penyakit. Dengan adanya standarisasi dan pedoman, pasien JKN bisa dilayani dengan cepat dan berkualitas.
"Pada akhirnya catatan, pedoman, dan standar memudahkan rumah sakit melakukan kendali mutu dan kendali biaya. Apalagi seluruh catatan kami integrasikan sehingga rekam medis pasien bisa lebih mudah diperoleh dengan cepat. Untuk melakukan keduanya kami memang harus bekerja ektra cepat dan efisien," kata Helen.