Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/07/2014, 14:59 WIB


KOMPAS.com -
Kemampuan anak dalam berbahasa tak hanya dipengaruhi oleh stimulasi, tetapi juga kematangan saraf dan organ artikulasi. Sebuah langkah sederhana bisa dilakukan untuk menstimulasi saraf organ artikulasi, yakni dengan pijat bayi. Jika tak mendapat stimulasi baik, dalam jangka panjang, perkembangan kognitif bayi akan terhambat.

Artis Dian Sastrowardoyo menuturkan, ia memijat dan memandikan anaknya sendiri sejak bayi. Ia mengaku banyak belajar dari pengasuh kedua anaknya. Baginya, momen memijat dan memandikan bayi adalah waktu berkualitas yang ia miliki di tengah aktivitasnya yang padat.

Selama memandikan dan memijat anaknya, Dian mengajak anaknya berbicara meski anaknya mungkin tak mengerti apa yang ia ceritakan. ”Pokoknya ajak bayi kita ngobrol, cerita apa saja. Sebab, aku yakin bayi juga cerdas dan mengerti atau setidaknya coba memahami apa yang ibunya ucapkan,” ujarnya.

Praktisi neurosains terapan, Anne Gracia, dalam acara ”Daycare Unilever 2014: Kita Peduli, Kita Berbagi, untuk Masa Depan Cerah”, Senin (21/7), mengatakan, saraf sebagai penghubung organ-organ tubuh dengan sistem saraf pusat menjadi faktor penting bagi perkembangan kecerdasan anak. Stimulasi saraf pada bagian tubuh tertentu, misalnya wajah hingga leher, akan berpengaruh positif bagi kematangan organ-organ artikulasi.

Oleh karena itu, aktivitas rangsangan saat memijat bayi, apalagi dilakukan sambil mengajak bayi berbicara, merupakan momen stimulasi tepat bagi kematangan saraf untuk kecerdasan keberbahasaan. Terjadi rangsangan visual gerak mulut ibu dan otot wajah pada bayi untuk membentuk bunyi artikulasi terhadap huruf atau fonem.

”Stimulasi semacam ini, pijat bayi, bisa dilakukan sedini mungkin. Caranya mudah dan membuat keterikatan emosional makin kuat antara ibu dan bayi,” kata Anne menjelaskan.

Pada usia nol sampai lima tahun, sel-sel otak anak berkembang dan saling terhubung dengan cepat hingga mencapai 80 persen kapasitas otak. Pada masa itulah peran stimulasi bagi bayi amat penting. Indera peraba akan terstimulasi saat pemijatan dilakukan.

Pemijatan yang bisa menambah matang organ-organ artikulasi itu bisa dilakukan pada bagian wajah hingga leher bayi. Pemijatan juga bisa dilakukan pada bagian dada, lengan, kaki hingga punggung. Tujuannya, agar semua fungsi saraf dan otak terstimulasi.
Kemampuan bicara

Pada wajah, pijat dilakukan dengan mengusap dahi bayi dari kiri ke kanan dan sebaliknya dengan menggunakan jari. Lalu pijatan dilakukan dengan mengusap dari puncak tulang hidung menyeberang ke kedua pipi, memijat dagu dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil.

”Stimulasi pada daerah pipi, bibir, sekitar gigi, dan tenggorokan bisa membantu anak dalam proses belajar berbicara,” kata Anne menambahkan.

Selanjutnya, pijat lembut dilakukan pada dahi di atas alis mata dengan memakai ibu jari dari arah dalam keluar. Setiap sentuhan di wajah bayi akan membangun stimulus bagi kelancaran sensor saraf pendengaran dan penciuman. Sentuhan di wajah bayi juga berguna untuk menghilangkan refleks mengisap seiring bertambahnya usia. Selain itu, pijatan itu bermanfaat bagi kemampuan bicara bayi.

Pijatan pada bagian dada memakai ujung jari, dua atau tiga jari, membuat pijatan-pijatan kecil melingkar di atas dada berbentuk huruf I, tanda hati, dan huruf U terbalik. Pijatan membentuk huruf I dilakukan dengan mengusap bayi dari bawah lekukan leher menuju bagian atas perut.

Pada bagian dada, di bawah leher, terdapat kelenjar timus. Stimulasi di daerah itu, terutama pada puncak tulang dada, bermanfaat untuk mencegah alergi dan menstimulasi pembentukan antibodi.

Sementara itu, pijatan membentuk tanda hati dilakukan dengan kedua tangan yang dimulai dari atas perut hingga kedua telapak tangan bertemu di bawah perut. Adapun sentuhan lembut di area kelenjar getah bening di sekitar ketiak hingga samping dada dan di selangkangan bisa membantu deteksi dini perubahan dan gangguan kelenjar.

Lalu pijatan berbentuk U terbalik dilakukan mulai dari kanan bawah perut bayi, naik ke kanan atas perut hingga hampir menyentuh rusuk bawah kanan. Pijatan itu dilanjutkan mendatar di bawah area lambung hingga ke sekitar pinggang kiri dan turun ke arah bawah kiri. Stimulasi itu dinilai bermanfaat untuk merangsang saraf otonom peristaltik sehingga bayi mudah mengeluarkan kotoran lewat anus.

Menurut Anne, saat orangtua sering mengajak bicara anaknya, si anak akan belajar bagaimana mengidentifikasi emosi dan ekspresi. Hal itu memberi manfaat pada anak untuk dapat menyampaikan emosi diri melalui berbagai bentuk ekspresi. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau