KOMPAS.com - Mimpi seringkali disebut sebagai bunga tidur. Namun bukan hanya penghias tidur, ternyata mimpi dapat menjadi indikator untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikirnya.
Psikolog Inggris dari University of Lincoln menemukan, orang yang mengalami lucid dream umumnya memiliki kemampuan memecahkan masalah yang lebih baik. Lucid dream adalah kemampuan menyadari antara batas mimpi dan realita. Dengan kata lain, meski tertidur biasanya mereka dapat menyadari saat mereka sedang bermimpi.
"Seseorang dapat dikatakan mengalami lucid dream apabila ia mampu melihat dan mengingat sebagian besar kejadian yang terjadi di alam mimpinya, dan menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi. Kemampuan inilah yang kemudian mempengaruhi kemampuan berpikir mereka saat terjaga," kata ketua studi Dr Patrick Bourke, pengajar di School of Psychology di Lincoln.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam American Psychological Associaton ini, peneliti menganalisa tipe-tipe mimpi dari 68 orang yang berusia antara 18-25 tahun. Mereka juga mengukur kemampuan kognitif partisipan dengan sebuah tes. Hasilnya, partisipan yang mengalami lucid dream mampu menjawab soal 24 persen lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang belum pernah mengalami lucid dream.
Orang yang mengalami lucid dream memiliki kemampuan untuk menyadari hal-hal inkonsisten yang menunjukkan bahwa yang ia alami itu tidaklah nyata, sehingga ia menyadari sedang bermimpi.
Kemampuan membedakan hal-hal inkonsisten dalam sebuah kejadian non-realita inilah yang melatih otak untuk terbiasa menganalisis dan menyadari ketidakkonsistenan yang terjadi di kehidupan nyata saat seseorang terjaga. Hal ini meningkatkan kualitas kecerdasan kognitif dan kemampuan memecahkan masalah.
Meski hampir semua orang mengaku pernah mengalami lucid dream setidaknya sekali dalam hidupnya, namun 20 persen di antara mereka mengalami lucid dream rutin sekali setiap bulan atau lebih. "Hasil penelitian menunjukkan, orang yang rutin mengalami lucid dream mampu menyelesaikan jauh lebih banyak dari orang yang tidak mengalami lucid dream," ujar Bourke.
Ini menunjukkan bahwa kesadaran yang dialami selama di alam mimpi mungkin berhubungan dengan kognisi dasar yang sama yang dibutuhkan untuk menyadari hal-hal dalam kondisi terjaga. Studi ini juga mencatat, ada pula partisipan yang terkategori sebagai high dream recaller yaitu mereka yang mampu mengingat mimpi mereka hampir setiap hari.
Partisipan dalam kategori tersebut memiliki perkembangan yang lebih baik di persimpangan temporo-parietal dan korteks prefrontal pada otak, baik saat tertidur maupun terjaga. Kedua bagian otak ini bertanggung jawab dalam dorongan, kecemasan, dan pengambilan keputusan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.