KOMPAS.com - Hasil penelitian ilmuwan Inggris, John O'Keefe, dan ilmuwan dari Norwegia May-Britt dan Edvard Moser yang diganjar Hadiah Nobel Kedokteran, diharapkan membuka pintu harapan bagi pengobatan penyakit Alzheimer.
Ketiganya menemukan sel-sel otak yang dapat berfungsi sebagai ‘GPS’. Penemuan ini juga dianggap telah memecahkan masalah yang telah menyibukkan para ilmuwan secara berabad-abad, yakni bagaimana otak membuat peta ruang di sekitar kita dan bagaimana kita dapat menavigasi jalan melalui lingkungan yang kompleks.
Kaitan antara penemuan ini dengan penyakit Alzheimer memang tidak secara langsung. Seperti diketahui, pada penderita Alzheimer, kemampuan spasial adalah hal pertama yang hilang. Itu sebabnya, orang yang menderita penyakit ini kerap nyasar.
“Ini akan memberi kita pegangan pertama, kapan dan dimana penyakit itu dimulai dan bagaimana kita bisa menyerangnya pada tingkat molekuler dan seluler,” kata O’Keefe.
Perlawanan terhadap penyakit Alzheimer sudah berlangsung lama dan menimbulkan frustasi. Terlebih diperkirakan penyakit ini akan menjadi beban global di tahun 2050 karena usia harapan hidup manusia yang makin tinggi. Di lain pihak para ilmuwan masih berjuang untuk memahami biologi dasar penyakit ini dan pengembangan obat sering gagal.
Berkat penelitian O'Keefe dan rekannya pasangan suami istri May-Britt dan Evard Moser, kini para ahli bisa memahami bagaimana sel berfungsi dan gagal berfungsi, pada dua bagian spesifik otak yang sangat vital.
"Memahami bagaimana otak yang sehat berfungsi, terutama area otak yang krusial untuk belajar dan mengingat, sangat penting untuk mengetahui bagaimana perubahan bisa terjadi akibat kondisi tertentu, misalnya penyakit Alzheimer," kata Dough Brown, direktur riset dan pengembangan dari Britain's Alzheimer's Society.
O'Keefee telah mendalami sistem navigasi otak selama 40 tahun, temuannya menunjukkan adanya "sel tempat" yang membentuk peta atas suatu tempat. Lebih dari tiga dekade kemudian, pada 2005, suami-istri May-Britt dan Edvard Moser, menemukan lagi sistem penempatan diri yang tak terlihat sebelumnya.
Penelitian ini memberikan wawasan bagaimana kenangan tercipta. Temuan tersebut menjelaskan pula alasan ketika kita sedang mengingat sebuah peristiwa maka kita juga sering harus membayangkan lokasi dalam pikiran kita. (Eva Erviana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.