KOMPAS.com – Demensia atau pikun bukan proses penuaan yang normal. Sebanyak 50-60 persen, demensia terjadi karena penyakit alzheimer.
Gangguan demensia alzheimer bisa terjadi secara bertahap. Tahap awal atau saat 1-6 tahun menderita demensia, dimulai dengan penurunan daya ingat atau mudah lupa. Orang dengan demensia juga mulai kesulitan mencari kata-kata, mengatur keuangan, dan mengalami perubahan emosi serta kepribadian maupun perilaku.
Tahap menengah yaitu saat 3-9 tahun, daya ingatnya semakin menurun. Selain itu, akan sering merasa bingung, suka mengulang-ngulang suatu kejadian, sulit melakukan tugas sehari-hari, muai tidak merawat diri, dan menjaga penampilan.
Kemudian tahap akhir, atau setelah menderita lebih dari 10 tahun, orang dengan demensia akan sulit berkomunikasi, tidak mampu mengenali anak sendiri, keluarga, bahkan dirinya sendiri. Mereka juga tak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan seakan kembali seperti bayi yang perlu dibantu orang lain untuk melakukan segala sesuatu.
Alzheimer sendiri hingga saat ini dinyatakan belum ada obat yang bisa menyembuhkan penderitanya. Obat hanya mampu memperlambat proses gangguan pada otak. Penyakit ini akan diderita seseorang hingga ia meninggal dunia. Namun, alzheimer bisa dicegah.
“Untuk mencegah sebenarnya gampang. Misalnya, makan sayur, buah setiap hari. Jauhi galau. Kita juga bisa mengurangi risikonya dengan beraktivitas,” kata Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya di Jakarta, Minggu (21/9/2014).
Tak ada yang bisa menghentikan proses penuaan. Tetapi, siapa pun tak ada yang menginginkan kualitas hidup saat tua menjadi buruk. Untuk itu mulai sekarang cegahlah risiko demensia dengan melakukan hal ini.
Menjaga kesehatan
Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, dan obesitas dapat merusak pembuluh darah. Risikonya bisa terkena serangan jantung dan stroke.Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa penyakit ini bisa menyebabkan demensia. Segera berobat untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Masalah ini tentunya dapat dicegah dengan pola makan dan gaya hidup sehat.
Aktivitas fisik atau olahraga
Kunci dari mencegah penyakit adalah berolahraga. Rutinlah berolahraga minimal 20-30 menit sehari. Untuk lansia, olahraga sesuai kapasitas seperti jalan kaki setiap pagi selama 30 menit atau senam tiga kali seminggu. Olahraga bisa memperbaiki fungsi keseimbangan dan kognitif. Menurut pakar neurologi dari Universitas Atmajaya, Yuda Turana, olahraga bukan hanya memperkuat otot, tapi juga untuk stimulasi otak.
Asupan makanan yang sehat
Asupan makanan ke dalam tubuh sangat penting bagi kesehatan. Perbanyak lah makan sayuran dan buah. Hindari makanan yang bisa membuat tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, hingga disiplidemia. Berhentilah merokok dan menjauh dari asap rokok.
Melatih otak
Jangan biarkan otak Anda berhenti berpikir. Tetap lah membaca dan menulis, bermain puzzle untuk membuat otak tetap bekerja. Jangan lupa untuk mendengarkan musik. Anda juga bisa mencoba melakukan kerajinan tangan.
Bersosialisasi
Jangan menghentikan aktivitas lansia selama mereka masih bisa melakukannya. Di usia tua, mereka harus tetap bersosialisi seperti mengunjungi saudara dan kerabat, atau bergabung dengan komunitas yang disukai. Mereka harus tetap disibukkan dengan melakukan aktivitas sosial, seperti mengurus lembaga sosial, jalan-jalan, dan ke tempat ibadah. Bersosialisasi ternyata juga bisa menstimulus otak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.