Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2014, 17:21 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com- Merasa pusing dan  mual saat baru saja menjalani diet detoks? Jangan khawatir dan langsung berpikir Anda tak sanggup menjalani diet ini.

Pakar bidang diet detoks Andang W Gunawan mengatakan, reaksi itu biasa terjadi ketika baru saja menjalani diet detoks. Menurutnya, reaksi diet detoks ini memang sering kali membuat para pemula kaget. Akhirnya mereka berhenti menjalani diet detoks dan kembali pada pola makan tak sehat.

Padahal, reaksi tersebut adalah proses yang dinamakan healing crises atau krisis penyembuhan untuk kemudian mengeluarkan racun dalam tubuh.

"Kalau kita sudah sering melakukan detoks, reaksi tetap akan muncul. Tetapi kalau tubuh kita biasa detoks, enggak terlalu dirasakan," ujar Andang beberapa waktu lalu di Jakarta.

Seperti dalam bukunya, "Diet Detoks, Cara Alami Menguras Racun Dalam Tubuh", Andang menjelaskan bahwa bentuk reaksi dan kemunculannya berbeda-beda bagi setiap orang.

Reaksi lain yaitu, warna urine lebih keruh dan baunya lebih tajam. Reaksi ini sering terjadi pada mereka yang sebelumnya sering konsumsi obat untuk menyembuhkan penyakit. Akibatnya, bau obat pun ikut terbuang bersama urin dan kotoran.

Kotoran juga akan lebih banyak dan disertai lendir yang cukup pekat. Bahkan untuk yang menjalani program detoks lebih panjang, tubuh akan mengeluarkan kotoran dari lapisan sel yang paling dalam. Bentuk kotoran akan lebih pekat dan berwarna mulai dari kehijauan sampai kehitaman.

Anda juga akan sering buang angin dengan bau yang sangat menusuk. Selain itu, mengalami nyeri sendi hingga batuk-batuk maupun pilek. Terkadang muncul rasa sangat lapar ketika melihat makanan. Namun, rasa lapar yang berlebihan biasanya akan hilang setelah tiga hari menjalani diet detoks.

Kebanyakan reaksi ini terjadi pada hari ketiga melakukan diet detoks. Pada hari ketiga ini tubuh baru bisa mengeluarkan racun. "Jadi, jangan berhenti diet detoks pada hari ketiga," kata Andang.

Ketika reaksi tersebut terjadi, perbanyaklah minum air putih, dan kurangi aktivitas fisik yang berlebihan seperti olahraga. Jangan pula langsung tergoda dengan makanan berat seperti daging, nasi, dan makanan berlemak.

Istirahat lah di tempat yang sejuk dengan sirkulasi udara yang baik. Menurut Andang, reaksi ini akan terjadi pada tahap awal saja.

"Itu cuma sebentar. Sesudah itu kita akan energik, lebih segar, kuat, siang-siang enggak ngantuk," jelas Andang.

Akan tetapi, jika reaksi tersebut terus menerus terjadi, misalnya selama dua minggu, konsultasikan ke ahli nutrisi  yang menguasai detoks.

Menurut Andang, perlu kesabaran untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. Apalagi racun sudah lama terbentuk sehingga lama pula untuk pembersihannya. Hal ini merupakan tantangan jika ingin memiliki tubuh yang sehat.

Diet detoks sendiri sama halnya dengan puasa dari makanan yang tidak sehat. Diet detoks yang paling banyak dilajukan adalah juice fasting. Diet ini bisa dilakukan selama 7 hari, 14 hari, hingga 40 hari. Anda hanya akan makan buah dan sayur-sayuran.

Andang menjelaskan, buah dan sayur membantu proses detoksifikasi atau pembuangan racun dalam tubuh lebih maksimal. Racun yang menumpuk dalam tubuh selama ini akan bersikulasi dalam darah dan getah bening. Kemudian bisa merusak sel dan jaringan sekitarnya sehingga bisa menyebabkan penyakit kronis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau