Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2015, 17:00 WIB

KOMPAS.com - Baru-baru ini para ahli gizi di Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi terbaru yang salah satunya menyebutkan konsumsi kolesterol tak perlu ditakuti. Walau demikian, ternyata rekomendasi tersebut belum bisa diterapkan di Indonesia.

Dr.Toto Sudargo, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengatakan, cara memasak kebanyakan orang Indonesia masih menghasilkan makanan yang tidak sehat.

Ia menjelaskan, hampir semua produk hewani mengandung kolesterol. Cara pengolahan pada bahan makanan tersebut akan berdampak pada kandungan nutrisinya.

"Kebanyakan orang masih belum mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mengolah bahan makanan, misalnya saja dengan cara di goreng menggunakan minyak jelantah, hal tersebut tentunya akan menghasilkan makanan yang tidak sehat. Celakanya hal tersebut banyak terjadi di Indonesia," katanya.

Sedangkan di negara maju proses pemasakan sudah sangat modern dan efisien, bahkan tidak menggunakan minyak jelantah, sehingga para ahli gizi Amerika mengatakan bahwa kolesterol tidak perlu ditakuti.

"Selain itu lemak jenuh untuk masyarakat Indonesia, tetap harus dibatasi karena sangat berpotensi sebagai pemicu kolesterol tinggi. Untuk asupan lemak dalam seharinya dibatasi antara 15-25%", jelasnya.

Makanan yang mengandung lemak jenuh diantaranya adalah daging, mentega, atau makanan yang digoreng.  Selain itu, menurutnya kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih senang mengonsumsi makanan manis, gurih, dan asin, juga beresiko meningkatkan faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi dan diabetes melitus.

Peran petugas kesehatan khususnya ahli gizi di Indonesia sangat penting dalam menanamkan perilaku makan sehat pada masyarakat.

"Edukasi yang disampaikan dapat berupa pembatasan akan konsumsi makanan tinggi kolestrol yg dimasak menggunakan minyak jelantah serta cara pengolahan yang tepat agar kandungan gizi dalam makanan tidak rusak dan terkontaminasi," katanya. (Monica Erisanti)


 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau