Tony Gartside sudah 4 tahun menunggu donor ginjal dan pankreas sampai akhirnya ia berhasil mendapatkannya. Tetapi, ginjal itu berasal dari korban overdosis narkoba dan kemungkinan terinfeksi HIV. Untuk memastikannya, diperlukan pemeriksaan yang hasilnya baru bisa diketahui dalam 2 minggu.
Padahal, saat itu kondisinya sangat mendesak bagi Tony untuk segera dilakukan transplantasi mengingat kondisi kesehatannya memburuk.
"Mereka mengatakan kepada saya bahwa organ donor berasal dari orang yang sudah mati akibat overdosis narkoba dan menanyakan apakah saya mau melanjutkan. Karena mati akibat narkoba, ada kemungkinan orang tersebut terinfeksi HIV," katanya.
Tony sejak kecil sudah menderita diabetes tipe 1, kondisi di mana organ pankreasnya tidak bisa menghasilkan insulin. Pada usia 32 tahun ginjalnya mulai rusak.
"Sungguh pilihan yang sulit, apakah saya harus menjawab 'ya' atau 'tidak' setelah duduk di ambulans dibawa ke rumah sakit selama 4 jam. Kalau saya menerima maka ada risiko besar, tapi kalau tidak maka saya harus menunggu lagi," ujarnya.
Pada akhirnya ia memilih untuk mengambil risiko tersebut dengan menerima ginjal tersebut. Operasi pencangkokan dilakukan selama 10 jam dan menghasilkan 32 jahitan di perutnya.
Setelah operasi, Tony sakit selama beberapa hari dan tak bisa berdiri. Ia pun mulai cemas tertular HIV. Dua minggu kemudian, hasil tes HIV datang dan syukurlah hasilnya negatif.
"Ini adalah kesempatan kedua dalam hidup saya dan saya sangat berterima kasih kepada orangtua donor yang membuat keputusan ini. Penyakit diabetes saya sungguh berubah, luar biasa," katanya.
Kini Tony aktif dalam kelompok pendampingan untuk pasien yang akan menjalani transplantasi organ. "Pencangkokan itu membuat saya ingin memberi balik pada sesama," katanya.
Tahun lalu, dua pasien di Wales, Inggris, meninggal dunia karena organ ginjal yang dicangkokkan ke tubuhnya ternyata terinfeksi cacing parasit. Dokter tidak mengetahui ginjal tersebut telah terinfeksi.