Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/03/2015, 12:00 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Serangan jantung memang terjadi secara tiba-tiba. Namun, biasanya ada tanda-tanda awal sebelum terjadi serangan. Sayangnya, tanda awal serangan jantung sering kali diabaikan karena gejalanya mirip dengan penyakit lain.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Beny Hartono mengatakan, sakit dada hingga sesak napas bisa jadi tanda awal serangan jantung.

"Misalnya, naik turun tangga biasanya enggak ada masalah, tetapi, kali ini, baru dua lantai, dada terasa tertekan. Itu tanda yang utama. Pada serangan jantung, kadang-kadang tanda seperti itu terabaikan," kata Beny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/3/2015) malam.

Baca juga: Apa Saja Manfaat Buah Pepaya? Ini 5 Daftarnya...

Menurut Beny, tanda atau gejala tersebut diabaikan karena terkadang akan hilang dengan sendirinya.

Sementara itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Jetty Sedyawan mengatakan, sering kali tanda awal serangan jantung dikira sebagai masuk angin.

"Merasa enggak enak di dadanya, disangka masuk angin, maag. Karena biasanya sakit sedikit hilang, jadi tidak dianggap," kata Jetty.

Baca juga: 7 Alasan untuk Makan Lebih Banyak Buah Citrus

Menurut Jetty, orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi terhadap serangan jantung seharusnya lebih waspada jika merasakan sedikit nyeri di dada.

"Kita harus curiga, itu salah satu gejala otot jantung yang kekurangan oksigen," ungkap Jetty.

Pengabaian gejala merupakan kesalahan yang telah menelan jutaan jiwa setiap tahun. Beberapa orang mengira rasa sakit akan menghilang dengan sendirinya. Rasa nyeri serangan jantung mirip dengan nyeri angin di dada. Hanya, yang ini terus-menerus dan tak tertahankan, bagai ada seekor gajah menimpa dada Anda.

Baca juga: Penyakit Apa Saja yang Bisa Diredakan dengan Makan Buah Pir?

Ada kalanya rasa sakit tidak mengikuti pola tertentu. Hal ini terutama terjadi pada orang tua atau penderita diabetes. Serangan jantung secara diam ini mungkin hanya terdeteksi ketika pemeriksaan EKG rutin, yang menunjukkan adanya perubahan dalam pola transmisi aliran listrik pada jantung.

Adapun orang yang memiliki faktor risiko serangan jantung, antara lain, perokok, orang tua, penderita obesitas, penderita diabetes, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga terkena penyakit jantung. Laki-laki juga lebih berisiko terkena serangan jantung dibanding wanita yang belum menopause karena masalah hormonal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau