Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2015, 09:40 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Jangan anggap lalu bau napas Anda. Napas yang bau ini bisa saja menunjukkan ada yang tidak beres pada tubuh Anda. Satu yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan untuk risiko kanker lambung.

Untuk mengetahuinya, diperlukan tes napas. Tes napas sederhana ini yang akan membantu memprediksi apakah orang-orang dengan masalah pencernaan memiliki risiko tinggi mengalami kanker lambung atau tidak. Tes ini akan mendeteksi komponen kimia pada napas seseorang sebagai upaya untuk membedakan 'cetakan' napasnya yang unik. 

Menurut para ahli, deteksi lebih dini dari kanker lambung ini akan membantu memperbaiki prognosis. Tes napas terbaru nanoarray, yang diciptakan sebelumnya dari para periset di Israel, Latvia, dan Cina, berpegang pada gagasan, bahwa orang dengan kanker, memiliki ciri napas yang unik. Mengandung komponen kimia yang tidak dijumpai pada napas orang yang tidak mengalami penyakit tersebut. 

Studi pun dilakukan dengan meneliti sampel napas dari 145 pasien. Sekitar 30 dari mereka diketahui mengalami kanker lambung. Sisanya telah dirujuk untuk pemeriksaan karena simtom yang berkenaan dengan hal tersebut. Beberapa mengalami perubahan yang oleh dokter disebut sebagai pra kanker. 

Para periset pun mencoba melakukan tes dalam beberapa skenario yang berbeda. Tes ini sangat baik dalam membedakan kanker sampel kanker dari yang non-kanker. Juga menunjukkan sejumlah harapan dalam mengenali perubahan pra kanker yang mengkhawatirkan.

Meski demikian, hal ini belum akurat di setiap kasus. Sehingga, dikatakan para periset yang mempublikasikan hasilnya dalam jurnal Gut, diperlukan banyak upaya untuk memvalidasi tes ini. 

Dijelaskan oleh Dr. Emma Smith dari Cancer Research Inggris, diagnosis kanker pada stadium dini, menawarkan peluang terbaik untuk keberhasilan pengobatan. Membuat penelitian seperti ini berpotensi menyelamatkan nyawa seseorang. 

"Namun kami perlu memastikan, tes ini sensitif dan cukup akurat untuk digunakan dengan lebih luas," terangnya. Sebagai catatan saja, saat ini sedang berlangsung penelitian yang melibatkan ribuan pasien Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau