Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2015, 11:45 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Memasukkan olahraga dalam regimen pengobatan asma tampaknya patut dipertimbangkan. Mengingat olahraga membuat pasien asma sedang hingga berat dapat lebih mudah mengontrol simtom yang umum terjadi. 


Secara acak, pasien yang diminta melakukan olahraga treadmil dalam waktu tiga bulan menunjukkan penurunan dalam dua aspek dari penyakitnya. Dua aspek yang membuat pasien mengalami kesulitan bernapas, yaitu inflamasi dan sensitivitas tinggi pada saluran napas. 


Temuan ini, dikatakan Dr. Celso Carvalho, periset dari University of Sao Paulo School of Medicine, Brasil, tidaklah mengejutkan. Bahwasanya pasien asma dapat memperoleh manfaat dari latihan aerobik. "Temuan ini memberikan bukti baru bahwa aktivitas fisik dapat membantu, bahkan pada pasien yang sudah mengontrol simtomnya dengan obat-obatan," terang Dr. Carvalho. 


Selain itu, informasi tersebut secara kuat menunjukkan, bahwa latihan aerobik memiliki efek antiinflamasi pada asma. Temuan riset menunjuk pada manfaat potensial dari olahraga guna memperkuat efektivitas perawatan dengan obat. Secara periodik, banyak pasien asma mengonsumsi obat antiinflamasi harian guna mengurangi pembengkakan dan produksi lendir di saluran napas untuk mengontrol atau mencegah simtom. 


Riset dilakukan Dr. Carvalho serta koleganya guna meneliti dampak olahraga terhadap 43 pasien asma berusia 20-59 tahun. Simtom asma mereka dikelola dengan baik, setidaknya selama 30 hari dan telah diawasi dokter selama enam bulan. 


Terlepas dari apakah mereka dimasukkan dalam kelompok olahraga atau tidak, seluruh pasien mendapat kelas pernapasan yoga dua kali seminggu selama 12 minggu. Mereka juga berlatih di teradmil selama 35 menit, dua kali seminggu. 


Di akhir studi, sensitivitas ekstrem yang menyebabkan penyempitan saluran napas menurun secara signifikan dalam kelompok olahraga. Tetapi, tidak pada pasien lain. 


Olahraga juga terlihat menahan sejumlah protein yang dikenal sebagai sitokin, yang berhubungan dengan peradangan. Satu keterbatasan dari studi ini, seperti disebutkan periset dalam jurnal Thorax, bahwa sitokin yang diukur dalam tes darah bisa tidak merefleksikan inflamasi saluran napas secara spesifik.


Namun, ada perhatian lain dari olahraga pada pasien asma. "Bahwa olahraga, nyatanya bisa memicu serangan asma," terang Dr. Simon Bacon, profesor ilmu olah raga dari Concordia University dan direktur Rehabilitation Center, Sacred Heart Hospital, Montreal, Kanada. 


Karenanya, guna meminimalkan risiko, pasien bisa membutuhkan inhaler sebelum memulai olahraga. Serta melakukan pendinginan dengan benar di akhir latihan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau