Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2015, 13:05 WIB
Dr. Ari F. Syam Sp.Pd

Penulis

Bencana kabut asap muncul kembali di beberapa daerah di Sumatera terutama di Pekan Baru. Informasi yang beredar seputar asap tersebut juga sangat menakutkan. Informasi beredar tanpa penyaring dan beredar di jejaring sosial, misalnya disebutkan anak-anak yang terhirup asap akan idiot, ibu hamil yang menghirup asap akan menghasilkan anak yang autis.

Untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut benar ditambahkan keterangan pakar yang tentu perlu dikonfirmasi lebih lanjut apakah info tersebut benar dari pakar yang bersangkutan. Kalau bicara soal asap di Pekan Baru, justru asap rokok lebih berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Begitu juga udara polusi dari industri atau kendaraan bermotor pasti lebih berbahaya dari pada asap akibat kebakaran hutan.

Tetapi tetap asap yang berada di Pekan Baru dan kota-kota sekitarnya akan mengganggu kesehatan dan ini juga dibuktikan dengan peningkatan kasus gangguan pernapasan di berbagai fasilitas kesehatan di Propinsi Riau. Adapun paparan kronis atau dampak lebih lanjut dari menghirup asap akibat kebakaran hutan perlu diidentifikasi lebih lanjut.  

Selain dampak langsung dari asap mengganggu pernafasan, mengiritasi mata dan kulit, kondisi asap akan menyebabkan penurunan kadar oksigen udara luar yang akan membawa dampak buruk buat kesehatan.

Dampak asap di Pekan Baru yang dihubungkan dengan kekurangan oksigen atau hipoksia, juga perlu diketahui oleh masyarakat.

Hipoksia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan permasalahan kesehatan karena akan berpengaruh pada organ-organ tubuh kita. Hipoksia bisa terjadi karena kadar oksigen yang kurang dari udara.

Di dalam tubuh kita sebenarnya keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Oleh karena itu kondisi hipoksia juga dapat terjadi jika kita mengalami  kerusakan pada sistem jantung dan pembuluh darah dan sistem pernafasan.

Berbagai keadaan yang membuat kadar oksigen disekitar kita rendah dapat membuat  kita mengalami hipoksia. Kondisi yang membuat kadar oksigen rendah misalnya jika kita berada dataran tinggi, berada di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik, atau sirkulasi udara baik tetapi dipenuhi asap rokok.

Seorang perokok pun akan mengalami hipoksia kronis yang jelas akan mengganggu kesehatannya. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa pada kelompok orang yang sering berada di ketinggian, yang terpapar dengan kadar oksigen yang rendah, ternyata lebih sering mengalami perdarahan lambung dibandingkan kelompok orang yang berada di dataran lebih rendah.

Hipoksia seperti dijelaskan merupakan sesuatu yang seharusnya kita hindari apalagi pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pada pembuluh darahnya, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung.

Kadar oksigen yang rendah pada seseorang yang memang sudah mempunyai sumbatan pada pembuluh darah jantung jelas akan menyebabkan jantung mengalami penurunan suplai oksigen berat yang akan menyebabkan jantung mengalami iskemia (kekurangan oksigen), bahkan sampai terjadinya infark (kematian jaringan).

Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pembuluh darah otak maka kekurangan oksigen juga akan lebih memperburuk penurunan oksigen pada otak sehingga pasien menjadi tidak sadar.

Organ-organ lain juga jelas akan mengalami gangguan jika terjadinya hipoksia. Pada orang-orang yang memang sudah biasa tinggal pada daerah pada ketinggian atau daerah dengan kadar oksigen rendah biasanya tubuh sudah dapat mentoleransi akan kebutuhan oksigen tersebut.

KOMPAS.com/AMRIZA Kabut asap makin tebal menyelimuti kawasan Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Kabut asap membuat jarak pandang menjadi sangat terbatas, terutama di pagi hari.
Faktor usia juga hal yang tidak bisa diabaikan pada seseorang yang mengalami hipoksia. Umur 60 tahun merupakan umur yang dimasukan  pada kelompok usia lanjut, usia ini juga digunakan sebagai patokan (cut off ) untuk menetapkan faktor resiko terjadinya  penyakit.

Dengan semakin tuanya umur, maka yang paling berpotensi terganggu adalah sistem pembuluh darah atau sistem vaskuler kita, antara lain sistem vaskuler di otak, serta di jantung dan pembuluh darah seperti yang saya sebutkan sebelumnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau