Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/10/2015, 10:00 WIB
dr Andri, SpKJ, FAPM

Penulis

Setahun belakangan ini sejak beberapa tulisan saya yang berkaitan tentang gangguan lambung saya terbit di Kompasiana, saya mulai sering didatangi pasien yang mengalami masalah lambung yang lama (kronis).

Beberapa di antaranya adalah rujukan dari dokter penyakit dalam ahli gastroenterologi yang memahami adanya masalah berkaitan dengan gangguan psikiatrik pada pasien-pasien gangguan lambung. Sebelum lebih jauh maka ada baiknya saya mengawali tulisan ini dengan membedakan masalah lambung yang organik dengan yang fungsional terlebih dahulu.

Gangguan lambung organik dan fungsional

Gangguan lambung bisa dibagi secara sederhana menjadi gangguan lambung organik dan gangguan lambung fungsional. Gangguan lambung dikatakan organik jika ditemukan adanya masalah lambung yang dikaitkan dengan adanya kerusakan organik anatomis pada pasien yang mengalami masalah lambung tersebut. Paling terkenal dalam kategori di sini adalah Peptic Ulcer atau Ulkus Lambung.

Ulkus atau luka di lambung ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan jika keluhan lambung tidak hilang dalam dua minggu dengan pengobatan standar empiris yang biasanya diberikan berdasarkan gejala. Peradangan pada lambung atau gastritis juga sering dikaitkan dengan masalah lambung pada pasien.

Belakangan keluhan panas di dada (heart burn) dikaitkan dengan adanya gangguan refluks di lambung sampai ke kerongkongan atau dikenal dengan istilah Gastro-Esophageal Reflux Disorder (GERD). Masalah ini tentunya merupakan kompetensi seorang ahli gastroenterologis.

Kenyataannya dalam praktek dan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, gangguan lambung yang paling banyak adalah gangguan lambung fungsional. Gejala dispepsia yang paling sering dikeluhkan adalah rasa begah setelah makan, cepat kenyang, nyeri epigastrium/ulu hati dan rasa terbakar di epigastrium.

Secara statistik lebih jauh lagi berkaitan dengan dispepsia fungsional adalah prevalensi gangguan dispesia fungsional pada orang dewasa dari berbagai penelitian terbaru berkisar antara 5 -25 persen. Sayangnya pasien yang mengalami gangguan dispepsia fungsional hanya sekitar 25 persen yang berobat.  Rata-rata kunjungan ke pelayanan primer pasien dispepsia fungsional adalah sekitar 4-5 persen dari populasi pasien yang berobat.

Kasus dispepsia fungsional cukup erat kaitannya dengan masalah psikosomatik yang bisa dialami pasien baik sebagai salah satu tanda gejala gangguan cemas atau karena efek psikologis dari mengalami masalah dispepsia yang panjang.

Sisi psikologis

Masalah psikologis terkait masalah lambung tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis yang mempersarafi lambung. Secara embriologi otak dan lambung berhubungan erat satu sama lain. Hal ini tidak mengherankan karena sistem saraf enterik yang mensarafi lambung secara embriologi berasal dari bagian kepala saraf yang sama yang berhubungan langsung di otak.

Walaupun dalam perkembangan awalnya otak dan lambung arahnya berpisah, tapi ada jalur yang tetap mempertahankan hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Tidak heran sistem saraf enterik ini sering disebut sebagai otak kecil. Salah satu hubungan antara lambung dan otak yang erat tergambar dalam gangguan saluran cerna fungsional.

Keluhan lambung pada pasien juga biasanya dikaitkan dengan proses motilitas atau pergerakan lambung saat ada atau tidak ada makanan, serta sensitifitas lambung. Kategori Rome II sebelumnya bahkan mengatakan bahwa tipe untuk gangguan lambung fungsional dikaitkan dengan gambaran gejala seperti nyeri ulu hati dan kembung.

Model pendekatan biopsikososial yang disarankan pada kasus lambung fungsional ini juga berkaitan dengan daya adaptasi pasien, faktor genetik bawaan, faktor lingkungan dan stres yang dihadapi pasien. Sehingga penanganan kasus-kasus lambung fungsional apalagi yang kronis memerlukan juga pendekatan psikologis untuk mengatasinya.

Pengobatan keluhan dasar

Di awal artikel saya menyatakan bahwa terkadang masalah gangguan cemas menjadi dasar dari keluhan lambung fungsional. Untuk itulah kita perlu untuk mengobati gangguan atau masalah dasarnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau