Trombosis juga bisa menuju paru-paru dan menyumbat suplai darah ke paru-paru sehingga menyebabkan emboli paru. Bahkan bisa terjadi di otak yang menyebabkan stroke.
"Makanya trombosis disebut pembunuh diam-diam atau silent killer," ujar Karmel dalam dalam diskusi memeringati World Thrombosis Day di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Karmel mengatakan, di negara barat, trombosis merupakan penyebab utama kematian lebih dari 60 persen. Di Indonesia, belum ada data pasti. Namun, menurut Karmel, trombosis juga merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.
Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia (PTHI) itu mengungkapkan, sepuluh penyebab kematian utama di Indonesia, yaitu stroke (11,8 persen) dan urutan ketiga adalah jantung (8,7 persen). Ternyata, 80-85 persen stroke adalah stroke iskemia yang disebabkan oleh trombosis dan 70 persen penyakit jantung juga terjadi karena trombosis. Dengan demikian, Karmel menyimpulkan bahwa trombosis juga menjadi penyebab utama kematian di Indonesia.
Pemicu terjadinya trombosis, yaitu perlambatan aliran darah atau stasis, kekentalan darah, dan pembuluh darah yang rusak. Namun, faktor risikonya sangat banyak, antara lain merokok, usia, genetik, obesitas, kehamikan, tidak bergerak dalam waktu lama seperti saat perjalanan jauh dan terbaring di rumah sakit selama berhari-hari.
Trombosis umumnya terjadi di kaki atau dikenal dengan Deep Vein Thrombosis (DVT) atau bekuan darah pada vena dalam. Gejalanya antara lain, nyeri, kaki bengkak, kemerahan, pelebaran pembuluh darah, dan kulit terasa lebih hangat.
Jika trombosis menuju ke paru, gejalanya, yaitu sesak napas nyeri dada, jantung berdenyut cepat, dan batuk berdarah. Sayangnya, tidak semua terjadinya trombosis langsung memunculkan gejala. Tak heran jika dikenal sebagai pembunuh senyap atau silent killer.
"Tapi penting dicatat bahwa trombosis adalah penyebab kematian yang dapat dihindari dengan pencegahan," lanjut Karmel.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Hematologi Onkologi Medik Cosphiadi Irawan menambahkan, risiko trombosis dapat diturunkan 44 persen dengan rutin melakukan latihan fisik. Selain itu, jangan biarkan duduk terlalu lama saat berpergian dengan pesawat, bus, hingga kereta api selama berjam-jam.