Virus Zika termasuk dalam famili virus yang menyebar melalui nyamuk Aedes, misalnya saja demam dengue, demam kuning, dan west nile.
Menurut Dr.Herawati Sudoyo Ph.D, Deputi Direktur Eikjman Institute, virus ini memang pertama kali dikenali oleh lembaganya karena memiliki platform atau metode deteksi berbagai jenis virus.
Lembaga Eikjman memiliki kemampuan untuk memeriksa paling tidak panel 14 famili virus yaitu, Filoviridae, Paramyxoviridae, Togaviridae, Flaviridae, Bunyaviridae, Alphaviridae, Bicavirus, Seadornavirus, Arenavirus dan Hantavirus.
Total virus per famili bervariasi dari 50 hingga lebih dari 300. Secara kasar, total virus yang bisa diprediksi sekitar 1800 jenis virus.
"Apabila positif dengan panel akan dilihat lebih lanjut dengan metode sekuensing untuk jenis virusnya. Dengan cara seperti itulah virus zika terdeteksi," kata Herawati ketika dihubungi Kompas.com (16/11/15).
Setiap virus baru yang berhasil diidentifikasi kemudian dilaporkan ke Kementrian Kesehatan sebelum dipublikasikan kepada publik.
Herawati mengaku belum mengetahui dari mana virus ini berasal. Namun, peneliti di Eikjman Institute menemukan virus ini saat terjadi wabah demam dengue di Provinsi Jambi, pada periode Desember 2014 sampai April 2015.
Virus Zika, jelas Herawati, tidak menyebabkan kelainan berat seperti halnya demam dengue. "Hanya menimbulkan demam saja, skalanya menengah. Tapi setiap virus tetap perlu diwaspadai," ujarnya.
Ia menambahkan, upaya penanggulangan dan penanganan orang yang terjangkit virus ini sama seperti halnya demam dengue.
"Sebenarnya jika ada pasien yang hasilnya negatif untuk demam dengue tetap perlu diteruskan, dicari virusnya apa. Jangan puas dengan hasil yang ada, apalagi kalau alatnya ada," kata Herawati.
Pasien yang terjangkit virus zika akan mengalami gejala sakit kepala, demam, serta ruam di beberapa bagian tubuh.
Pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan menjaga kesehatan tubuh secara umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.