KOMPAS.com - Candy game adalah jenis permainan komputer yang sekarang-sekarang ini banyak digemari, terutama oleh anak dan remaja. Permainan ini, seringkali dimainkan secara online sendiri atau bersama teman di sosial media.
Tidak banyak yang sadar bahwa di dalam permainan ini, terdapat iklan permen, snack atau soda merk tertentu.
Menurut penelitian Frans Folkvord, hanya sekitar enam persen anak dan remaja yang sadar mengenai iklan ini. Folkvord adalah ilmuwan ilmu perilaku, memegang gelar PhD dari Radboud University.
Kabar buruknya, menurut penelitian Folkvord, anak-anak jadi mengonsumsi permen, snack atau soda 55 persen lebih banyak setelah bermain permainan ini, diduga karena terpengaruh oleh iklan tersembunyi di candy game. Kesimpulan ini didapat setelah dia meneliti lebih dari seribu anak yang hobi bermain candy game.
Tidak jelas bahwa itu adalah iklan
"Berbeda dengan televisi, di mana segmen iklan terpisah dari acara utama dan kita bisa membedakannya dengan jelas, iklan di candy game dicampur dengan konten sehingga lebih sulit dikenali bahwa itu adalah iklan. Ada situs-situs produsen makanan yang mengandung permainan, menawarkan anak-anak pilihan berbagi game dengan teman-teman mereka. "
Folkvord menemukan, bahwa banyak anak tidak mengakui permainan tersebut adalah iklan, bahkan ketika nama-nama merk dan logo jelas terlihat.
Selain itu, tidak peduli apakah game yang dimainkan bertema buah atau permen, anak-anak tetap makan lebih banyak permen setelah bermain. Akibatnya, rata-rata mereka mengasup 72 kalori lebih banyak dibanding anak yang tidak suka bermain candy game.
Meski, dua tahun setelah penelitian dimulai, Folkvord tidak menemukan hubungan antara makan permen dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, snack dan permen tetap diduga kuat memiliki efek yang tidak sehat.
Menurut hasil penelitian Folkvord, indeks massa tubuh anak-anak yang tidak bermain candy game, lebih rendah dari anak-anak yang main candy game. Anak-anak yang tidak main candy game, belajar untuk memuaskan rasa lapar mereka dengan pilihann sehat seperti apel.
Sedangkan, anak-anak penyuka candy cenderung memuaskan rasa lapar mereka dengan makanan manis.
Folkvord berpendapat, perlunya diskusi tentang larangan iklan makanan yang ditujukan untuk anak-anak. Dia bekerja sama dengan University of Barcelona untuk merumuskan rekomendasi kepada Uni Eropa dalam hal ini.
"Kami khawatir anak-anak gagal untuk belajar perilaku makan yang sehat. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa iklan tersebut mendorong anak-anak menjadi kelebihan berat badan," katanya
Frans Folkvord dan peneliti lain, termasuk atasannya Profesor Moniek Buijzen, membuat daftar dan mengevaluasi literatur tentang pemasaran untuk anak-anak dan perilaku makan.
Hasil evaluasi menunjukkan, janji-janji produsen untuk mengurangi iklan mereka kepada anak-anak tidak dilaksanakan.
"Itu alasan tambahan mengapa kami melakukan advokasi agar pihak-pihak yang berwenang melarang adanya iklan makanan/minuman tidak sehat di dalam permainan untuk anak-anak," kata Folkvord lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.