Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2015, 16:01 WIB

KOMPAS.com - Kita semua pasti pernah menguap. Selama ini, kita mengira menguap adalah tanda betapa lelahnya kita. Namun, menguap sebenarnya merupakan aspek dari tidur. Berikut ini beberapa hasil penelitian tentang menguap, yang mungkin Anda belum tahu.

 

Menguap benar-benar menular

Sebuah studi menemukan, ketika ada video yang menunjukkan orang menguap, sekitar 50% orang yang melihatnya juga ikutan menguap. Hal itu bahkan terjadi di antara binatang!

Menurut Robert Provine, psikolog dan ahli syaraf di University of Maryland, reaksi itu bukan hal yang aneh. Beberapa studi mengaitkan menguap dengan empati.

“Menguap lebih menjadi fenomena sosial dibanding fenomena psikologis,” katanya. Itulah sebabnya mengapa kita menguap bahkan ketika kita tidak mengantuk.

 

Menguap lebih mudah menular di antara teman-teman dekat

Tidak semua orang bisa “menularkan” menguap pada kita. Menurut penelitian di tahun 2012, menguap lebih menular di antara teman-teman yang lebih dekat.

Para peneliti menemukan, bahwa semakin dekat kita secara genetik maupun emosional dengan seseorang, maka semakin mungkin kita ikut menguap ketika mereka menguap.

Ini menunjukkan teori empati tadi. Teman dekat dan keluarga memiliki perasaan yang lebih kuat satu sama lain.

 

Menguap mungkin tanda penyakit

Biasanya bukan tanda penyakit serius, tapi menguap berlebihan bisa menunjukkan sinyal ada yang salah dari tidur kita.

Menurut National Institute of Health, bagi sebagian orang, menguap berlebihan bisa menjadi reaksi yang disebabkan saraf vagus, yang mengindikasi masalah jantung.

Di kasus langka lainnya, menguap merupakan tanda ada masalah di otak.

 

Janin pun bisa menguap

Tidak ada yang mengetahui pasti alasannya. Namun, bayi yang belum lahir pun bisa menguap.

Ketika para peneliti menguji hasil 4D di tahun 2012, ada gambar yang menunjukkan bayi sedang membuka mulutnya seperti menguap.

 

Rata-rata kita menguap selama enam detik

Menguap biasanya terjadi selama enam detik. Dalam detik-detik itu, detak jantung meningkat secara signifikan.

Sebuah studi di 2012 menguji tubuh sebelumnya -- selama dan sesudah menguap. Mereka menemukan, bahwa ada perubahan psikologis selama enam detik saat menguap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com