Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2016, 14:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Bapak kedokteran Hippocrates mengatakan jadikan makanan sebagai obat. Memang kandungan bahan makanan mengandung manfaat untuk kesehatan. Termasuk juga menangkal dan membantu mengatasi kanker.

"Nutraceutical adalah sebutan untuk bahan pangan yang memberi manfaat medis. Bahan makanan alami itu mengandung energi penyembuhan. Usahakan selalu memakan makanan alami yang tidak dipanaskan berulang kali. Pemanasan berulang akan merusak bio energi makanan. Apalagi memanaskan makanan memakai microwave," ujar Dr Paulus W. Halim, dokter radiestesi medik dan pengobatan integratif.

Makanan tak boleh pula diawetkan. Oleh sebab itu, ia tak menyarankan makanan kalengan, beku, atau diasinkan seperti telur asin.

"Pada dasarnya sel kanker itu senang menyukai lingkungan yang asam. Lingkungan tubuh yang asam ini menurunkan kekebalan tubuh yang seharusnya mengawal tubuh dari serangan sel kanker. Daging merah adalah jenis makanan yang membuat tubuh jadi asam. Daging merah ini mengandung banyak hormon stres kortisol dan adrenalin yang tidak baik untuk tubuh," imbuhnya.

Gula sebaiknya dihindari. "Gula adalah makanan kesukaan sel kanker. Saat ini di Amerika Serikat gula menjadi musuh nomer satu masyarakat, bukan lagi lemak. Gula menjadi penyebab wabah obesitas di negeri itu," ujar Dr Paulus.

Sementara susu kedelai dan produk-produk turunan kedelai seperti tahu dan tempe amat tak disarankan untuk pasien kanker yang dipengaruhi hormon seperti payudara, indung telur dan rahim.

"Apalagi susu kedelai yang manis. Terdapat hormon estrogen di dalamnya yang bakal memperparah ketiga jenis kanker itu. Pasien kanker jenis ini kalau ingin makan tahu boleh makan satu potong saja," ujarnya.

Segala jenis sayuran dan buah boleh dikonsumsi pasien kanker. Jengkol dan petai sebaiknya tidak dikonsumsi karena bakal mempengaruhi kesehatan ginjal. "Buah musiman seperti rambutan dan duku sebaiknya jangan terlalu banyak dikonsumsi karena dapat menyebabkan batuk," katanya.

Ralat: Pada alenia terakhir ada koreksi di kalimat "Jengkol dan petai sebaiknya dikonsumsi, menjadi sebaiknya tidak dikonsumsi".


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com